" Dea! Duduk sini, ada yang mau Papa sama Mama omongin." Panggil Ayahnya.
Dengan malas kak Dea berjalan ke arah mereka, Ia menghempaskan tubuhnya ke sofa.
"Apa sih pa? Udah malem ini, Dea capek mau tidur," jawabnya ketus.
"Dea pilih ikut Papa atau Mama?" Kali ini ibunya yang berbicara.
"Hah? Apa maksudnya?" kak Dea menatap kedua orang tuanya tak mengerti.
Ibunya hanya diam, matanya menuju ke arah kertas di atas meja, segera Kak Dea mengambil kertas yang tergeletak di atas meja. SURAT PERCERAIAN . Ia langsung melempar kertas tersebut dan berlari ke kamarnya.
"DEA!!!" terdengar panggilan ayahnya.
      Pagi harinya kak Dea keluar dengan mata sembab, orang tuanya sudah menunggunya di meja makan. Namun kak Dea hanya melintasi mereka dan berjalan ke arah pintu,
"Terserah Papa sama Mama, Dea bisa hidup tanpa kalian," Kata kak Dea sebelum keluar dari pintu.
Setelah hari itu kak Dea tidak pulang ke rumahnya, Ia menyewa kost di dekat sekolahnya dengan simpanan uang yang Ia miliki. Kabar perceraian orang tuanya sampai ke kakeknya di desa, mereka segera menghubungi kak Dea menanyakan kabar. Namun, bukannya menenangkan, sore itu kak Dea seakan membuka kotak pandora, setelah mengucap salam kak Dea langsung melempar Hpnya ke kasur dan merebahkan diri. Suara kakek neneknya masih terdengar, Ia memejamkan mata.Tiba-tiba terdengar suara pamannya memmbahas masa lalu orang tua kak Dea tanpa sadar bahwa sambungan telepon belum diputuskan. Kak Dea yang mendengarnya langsung bangkit dari tidurnya dan mendengarkan tanpa berbicara sepatah kata pun. Percakapan berlangsung lama dan terhenti saat pamannya mengambil HP. Ketika menyadari bahwa telepon masih tersambung mereka semua panik.
"Dea!!!" panggil pamannya berkali-kali dari seberang telepon, tapi tak ada jawaban dari yang dipanggil.