Mohon tunggu...
Fingki Afianti
Fingki Afianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa antropologi untad

.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Review Antropologi Agama, Program Studi Antropologi Untad

18 Desember 2023   11:44 Diperbarui: 19 Desember 2023   21:04 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Fingki Afianti/B30121031

Materi Dosen Pertama : Ibu Rismawati, S.Sos., MA

Antropologi agama adalah bidang ilmu dalam studi antropologi yang mempelajari manusia, budaya, dan agama dalam kaitannya dengan bagaimana manusia menafsirkan makna agama dan  menjalankan kehidupan keagamaannya dalam keseharian atau disebut juga Antropologi Religi. Istilah Antropologi berasal dari bahasa Yunani, asal kata anthropos berarti manusia, dan logos berarti ilmu, dengan demikian secara harfiah antropologi berarti ilmu tentang manusia. Pengertian agama berdasarkan asal kata yaitu al-din, religi (relegere, religare) dan agama. Al-din (semit) berarti undang-undang atau hukum. Kemudian dalam bahasa Arab kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan, kebiasaan. Sedangkan dari kata religi atau relegere berarti mengumpulkan dan membaca.

Antropologi agama adalah salah satu cabang ilmu yang banyak mendapatkan perhatian para pakar ilmu sosial. Cabang ilmu antropologi agama ini diyakini oleh banyak pakar sebagai salah satu alat studi yang akurat dalam melihat reaksi antara agama, budaya, dan lingkungan sekitar sebuah masyarakat. Antropologi agama menunjuk kepada suatu penghubung yang unik atas moralitas, hasrat, dan kekuatan dengan dikendalikan dan kemerdekaan, dengan duniawi dan asketisme, dengan idealis dan kekerasan, dengan imajinasi dan penjelmaan, dengan imanensi dan transendensi yang merupakan sisi dunia manusia yang berbeda dengan makhluk lain.

 

Ada 4 metode yang digunakan dalam mempelajari antropologi agama:

Yang pertama, Metode Historis: adalah metode studi agama dengan menelusuri asal-usul agama dan mengumpulkan data sejarah. Yang kedua, Metode Normatif : adalah metode studi agama dengan mengkaji norma-norma, nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat yang beragama. Yang ketiga Metode Deskriptif: adalah dengan mencatat, merekam dan memerhatikan segala sesuatu yang berkaitan dengan agama. Dan yang keempat Metode Empiris: adalah memerhatikan segala sesuatu yang di pikirkan, diyakini, dirasakan, dan dilakukan manusia.

Teori Asal-usul Agama

Teori Batas Akal : Teori ini menyatakan bahwa permulaan munculnya agama disebabkan manusia mengalami gejala-gejala yang tidak dapat dijelaskan oleh akalnya. Teori   bats akal ini berasal dari pendapat seorang ilmuwan besar Inggris, James G. Frazer. Menurut Frazer, manusia bisa memecahkan berbagai kehidupan hidupnya dengan akal dan sistem pengetahuannya. Tetapi akal dan sistem pengetahuan itu ada batasnya, dan batas akal itu meluas sejalan dengan meluasnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu semakin maju kebudayaan manusia, semakin luas batas akalnya.

Teori Wahyu Tuhan : Teori ini menyatakan bahwa kelakuan religius manusia terjadi karena mendapat wahyu dari Tuhan. Teori ini dikembangkan oleh seorang antropolog Inggris bernama Andrew Lang. Pendapat Andrew lang ini kemudian dilanjutkan oleh W Schmidt seorang tokoh besar antropologi dari Austria. Dalam hubungan ini, ia percaya bahwa agama berasal dari wahyu tuhan yang diturunkan kepada manusia pada masa permulaan ia muncul di muka bumi ini.

Teori Kekuatan Luar Biasa : Teori ini mengatakan bahwa agama dan sikap religius manusia terjadi karena adanya kejadian luar biasa yang menimpa manusia yang terdapat di lingkungan sekitarnya. Teori ini diperkenalkan oleh seorang ahli antropologi Inggris yang bernama R.R Maret dalam bukunya The Threshold Of Religion.

Teori Jiwa : para ilmuwan penganut teori ini berpendapat, agama yang paling awal bersamaan dengan pertama kali manusia mengetahui bahwa  di dunia ini tidak hanya kehadiran makhluk materi, tetapi jiga oleh makhluk imateri yang di sebut jiwa ( anima ). Pendapat ini di pelopori oleh seorang ilmuwan Inggris yang bernama Edward Burnett Taylor (1832-1917). Dalam bukunya yang sangat terkenal, The Primitif Culture (1872) yang mengenalkan teori animisme, ia mengatakan bahwa adal mula agama bersamaan dengan munculnya kesadaran manusia akan adanya roh atau jiwa. Mereka memahami adanya mimpi dan kematian, yang menyampaikan kepada mereka pemahaman bahwa kedua peristiwa itu, mimpi dan kematian merupakan bentuk perpecahan antara roh dan tubuh kasar.

Materi dari Dosen Kedua : Ibu Yulianti Bakari S.sos., MA

Mengenal agama Kapitayan  :

Agama yang disebut Kapitayan telah dianut dan dijalankan turun temurun semenjak Asia Tenggara termasuk Kepulauan Nusantara dihuni ras Proto Melanesia hingga kedatangan ras Austronesia. Pembawa dan penyebar agama Kapitayan ini menurut keyakinan para penganutnya adalah Danghyang Semar, keturunan Sanghyang Ismaya yang berasal dari Lemuria yakni sebuah benua yang tenggelam karena diterjang banjir besar yang membuat Semar bersama kaumnya mengungsi ke Pulau Jawa. Kisah ini selanjutnya banyak dihubungkan dengan banjir besar yang terjadi pada masa Nabi Nuh. Selain Semar ada juga saudaranya yang bernama Togog (Sang Hantaga) yang tinggal di luar Jawa dan juga mengajarkan agama Kapitayan namun dengan tata cara yang sedikit berbeda. Satu lagi saudara Semar yaitu Sang Manikmaya yang tinggal di alam gaib atau ka-hyang-an. Agama yang disebut Kapitayan ini memuja tuhan yang mereka sebut Sanghyang Taya. Makna dari kata Taya adalah Suwung, Kosong, Hampa dan tidak bisa dipikir, dibayangkan serta dideteksi dengan panca indra. Sanghyang Taya diasosiasikan memiliki sifat Tu atau To yang terdiri atas dua sifat yakni kebaikan dan ketidakbaikan. Tu dipercaya tersembunyi dalam berbagai benda yang mengandung kata Tu seperti watu (batu), tu-ngkub (bangunan suci), tu-nda (bangunan berundak), tu-k (mata air), tu-mbak (jenis lembing), tu-nggak (batang pohon) serta yang lain. Dalam pemujaannya pun juga digunakan sesajen yang mengandung kata tu, seperti tu-mpeng, tu-mpi (kue dari tepung), tu-ak (arak), tu-kung (sejenis ayam), tu-mbu (tempat bunga) serta yang lain.

Memahami Buku yang berjudul : "Orang Dayak, Pembangunan dan Agama Resmi"

Dalam buku ini penulis menjelaskan bahwa orang dayak merupakan "orang-orang yang di takdirkan untuk dikuasai ketimbang menjadi penguasa". Itu di kutip oleh Linden dan Vert akan tetapi pernyataan tersebut dibenarkan oleh orang dayak maupun orang non dayak. Karena memang pada kenyataanya mereka sudah sangat lama menjadi pihak yang dikuasai ketimbang menjadi penguasa pada diri mereka sendiri. Pada masa sebelum merdeka, Dayak diartikan  sebagai suatu kata ejekan yang memiluhkan hati. Penulis mengatakan bahwa ketika seseorang menyimpang dari norma-norma yang umum, norma islam, dan penjajahan Belanda di sebut Dayak. Ikan dan belancan busuk di tokoh disebut dayak, anjing kurus dan kurap juga disebut Dayak. Dayak diartikan suatu yang kotor, kafir, tidak tau aturan, buas, liar, gila, terbelakang, tidak berbudaya. Dayak adalah orang liar Borneo yang berekor. Pernyataan tersebut dibenarkan oleh penulis karena konon lelaki Dayak berekor di depan, tentu saja bukan di belakang. Praktik asli orang Dayak dalam kehidupan sehari-hari berada antara kenangan dan kenyataan. Kenyataan karena sekali waktu suku bangsa Dayak memiliki tatanan sosial, elemen-elemen budaya, sistem politik, sistem religi dan cara --cara memenuhi kebutuhan mereka. Tetapi sebagian kini tinggal berupa kenangan yang nyaris dilupakan bahkan oleh generasi muda Dayak sendiri.

Materi dari Dosen ketiga : Pak Muh. Zainuddin Baddollahi, M.si

Identifikasi agama

Religi atau agama pada dasarnya merupakan kepercayaan terhadap adanya kekuatan gaib, luar biasa atau supernatural yang berpengaruh terhadap kehidupan individu dan masyarakat, bahkan terhadap gejala gejala alam.

Perbedaan agama dan religi

Menurut Anshori (dalam Ghufron dan Risnawita, 2016) membedakan antara istilah religi atau agama dengan religiusitas. Jika agama menunjuk pada aspek-aspek formal yang berkaitan dengan aturan dan kewajiban, maka religiusitas menunjuk pada aspek religi yang telah dihayati oleh seseorang dalam hati.

Contoh religi

Beberapa contoh nilai religius yang ada di dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut ini. Menjalankan ibadah sholat, dimana kegiatan ini sudah menjadi suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh umat islam. Sebab, sholat juga memiliki peranan yang begitu penting dalam kehidupan umat Islam.

Kapan agama itu ada? Setelah diklarifikasi kepercayaan. Agama adalah bentuk dari kalsifikasi kepercayaan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun