Mohon tunggu...
Fingki Afianti
Fingki Afianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa antropologi untad

.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Review Antropologi Agama, Program Studi Antropologi Untad

18 Desember 2023   11:44 Diperbarui: 19 Desember 2023   21:04 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Teori Jiwa : para ilmuwan penganut teori ini berpendapat, agama yang paling awal bersamaan dengan pertama kali manusia mengetahui bahwa  di dunia ini tidak hanya kehadiran makhluk materi, tetapi jiga oleh makhluk imateri yang di sebut jiwa ( anima ). Pendapat ini di pelopori oleh seorang ilmuwan Inggris yang bernama Edward Burnett Taylor (1832-1917). Dalam bukunya yang sangat terkenal, The Primitif Culture (1872) yang mengenalkan teori animisme, ia mengatakan bahwa adal mula agama bersamaan dengan munculnya kesadaran manusia akan adanya roh atau jiwa. Mereka memahami adanya mimpi dan kematian, yang menyampaikan kepada mereka pemahaman bahwa kedua peristiwa itu, mimpi dan kematian merupakan bentuk perpecahan antara roh dan tubuh kasar.

Materi dari Dosen Kedua : Ibu Yulianti Bakari S.sos., MA

Mengenal agama Kapitayan  :

Agama yang disebut Kapitayan telah dianut dan dijalankan turun temurun semenjak Asia Tenggara termasuk Kepulauan Nusantara dihuni ras Proto Melanesia hingga kedatangan ras Austronesia. Pembawa dan penyebar agama Kapitayan ini menurut keyakinan para penganutnya adalah Danghyang Semar, keturunan Sanghyang Ismaya yang berasal dari Lemuria yakni sebuah benua yang tenggelam karena diterjang banjir besar yang membuat Semar bersama kaumnya mengungsi ke Pulau Jawa. Kisah ini selanjutnya banyak dihubungkan dengan banjir besar yang terjadi pada masa Nabi Nuh. Selain Semar ada juga saudaranya yang bernama Togog (Sang Hantaga) yang tinggal di luar Jawa dan juga mengajarkan agama Kapitayan namun dengan tata cara yang sedikit berbeda. Satu lagi saudara Semar yaitu Sang Manikmaya yang tinggal di alam gaib atau ka-hyang-an. Agama yang disebut Kapitayan ini memuja tuhan yang mereka sebut Sanghyang Taya. Makna dari kata Taya adalah Suwung, Kosong, Hampa dan tidak bisa dipikir, dibayangkan serta dideteksi dengan panca indra. Sanghyang Taya diasosiasikan memiliki sifat Tu atau To yang terdiri atas dua sifat yakni kebaikan dan ketidakbaikan. Tu dipercaya tersembunyi dalam berbagai benda yang mengandung kata Tu seperti watu (batu), tu-ngkub (bangunan suci), tu-nda (bangunan berundak), tu-k (mata air), tu-mbak (jenis lembing), tu-nggak (batang pohon) serta yang lain. Dalam pemujaannya pun juga digunakan sesajen yang mengandung kata tu, seperti tu-mpeng, tu-mpi (kue dari tepung), tu-ak (arak), tu-kung (sejenis ayam), tu-mbu (tempat bunga) serta yang lain.

Memahami Buku yang berjudul : "Orang Dayak, Pembangunan dan Agama Resmi"

Dalam buku ini penulis menjelaskan bahwa orang dayak merupakan "orang-orang yang di takdirkan untuk dikuasai ketimbang menjadi penguasa". Itu di kutip oleh Linden dan Vert akan tetapi pernyataan tersebut dibenarkan oleh orang dayak maupun orang non dayak. Karena memang pada kenyataanya mereka sudah sangat lama menjadi pihak yang dikuasai ketimbang menjadi penguasa pada diri mereka sendiri. Pada masa sebelum merdeka, Dayak diartikan  sebagai suatu kata ejekan yang memiluhkan hati. Penulis mengatakan bahwa ketika seseorang menyimpang dari norma-norma yang umum, norma islam, dan penjajahan Belanda di sebut Dayak. Ikan dan belancan busuk di tokoh disebut dayak, anjing kurus dan kurap juga disebut Dayak. Dayak diartikan suatu yang kotor, kafir, tidak tau aturan, buas, liar, gila, terbelakang, tidak berbudaya. Dayak adalah orang liar Borneo yang berekor. Pernyataan tersebut dibenarkan oleh penulis karena konon lelaki Dayak berekor di depan, tentu saja bukan di belakang. Praktik asli orang Dayak dalam kehidupan sehari-hari berada antara kenangan dan kenyataan. Kenyataan karena sekali waktu suku bangsa Dayak memiliki tatanan sosial, elemen-elemen budaya, sistem politik, sistem religi dan cara --cara memenuhi kebutuhan mereka. Tetapi sebagian kini tinggal berupa kenangan yang nyaris dilupakan bahkan oleh generasi muda Dayak sendiri.

Materi dari Dosen ketiga : Pak Muh. Zainuddin Baddollahi, M.si

Identifikasi agama

Religi atau agama pada dasarnya merupakan kepercayaan terhadap adanya kekuatan gaib, luar biasa atau supernatural yang berpengaruh terhadap kehidupan individu dan masyarakat, bahkan terhadap gejala gejala alam.

Perbedaan agama dan religi

Menurut Anshori (dalam Ghufron dan Risnawita, 2016) membedakan antara istilah religi atau agama dengan religiusitas. Jika agama menunjuk pada aspek-aspek formal yang berkaitan dengan aturan dan kewajiban, maka religiusitas menunjuk pada aspek religi yang telah dihayati oleh seseorang dalam hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun