Ada yang berpendapat, "Masih mending mereka mau berhijab. Setidaknya mereka sudah berusaha menjalankan syariat agamanya. Anggap saja sebagai pengenalan dahulu. Belajarnya bisa sambil jalan, kan? Khamr aja dilarangnya secara bertahap juga, to?" Dan pendapat tersebut tidak terbantahkan ASAL kuncinya, yaitu belajarnya, dilakukan secara simultan dan berkesinambungan juga. Dan anggaplah suara-suara yang mempermasalahkan jilboob (serta sebagian gaya jilbab cantik juga) ini sebagai sebuah nasihat untuk mengingatkan kita agar terus belajar bagaimana menunaikan hijab dengan benar dan istiqomah.
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu dalam keadaan merugi, kecuali orang-orang yang beriman, beramal saleh, dan mereka yang saling mengingatkan tentang kebenaran dan saling mengingatkan tentang kesabaran. (QS Al-Ashr [103]: 1-3)
Bisa jadi fenomena jilboob ini terjadi sebagai pengingat bagi kita semua agar senantiasa berhati-hati dengan niat awal kita. Bahwa semua niatan baik pada awalnya, bisa saja berakhir menyedihkan jika kita tidak berhati-hati dalam mengiringi langkahnya. Seperti kejadian 9/11 yang mengingatkan kita bahwa kita masih harus banyak belajar agar dapat ber-islam yang baik dan benar, dan bahwa kejadian yang sempat menyakiti umat Islam sendiri tersebut pada akhirnya mampu menjadi pemicu banyak orang untuk menghujat islam, penasaran dengan islam, mau mempelajari islam hingga akhirnya bisa mempertemukan kembali mereka dengan Rabb-nya.
[caption id="attachment_354179" align="aligncenter" width="449" caption="Tidak Sama"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H