Mohon tunggu...
findraw
findraw Mohon Tunggu... Administrasi - Indescripable

Indescripable

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Apa Makna 50 Ribu Tahun Lagi Bagimu?

18 Januari 2015   12:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:53 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menanggapi pertanyaan di atas, bagi kita mungkin angka 50 ribu tahun tahun tidaklah bermakna apa-apa. Bahkan bisa jadi waktu sebanyak itu dianggap hanya terjadi pada ranah dongeng saja, karena tidak satu pun manusia beneran  (maupun makhluk hidup mana pun) yang pernah mengecap dan merasakan masa yang terentang sepanjang 50 ribu tahun full, non-stop. Tapi tanyakanlah pertanyaan yang sama kepada matahari dan bumi. Seandainya saja mereka diijinkan untuk menjawab pertanyaan itu, maka nilai 50 ribu tahun yang kita anggap sebagai dongeng itu, bagi mereka ternyata tidak ada apa-apanya. Karena menurut perhitungan para ilmuwan, matahari telah memulai perjalanan hidupnya sejak lebih dari lima miliar tahun yang lalu. Sementara usia bumi lebih muda lagi, yaitu baru sekitar 4,6 milyar tahun. Bandingkan dengan usia umat manusia, sebagaimana hasil penelitian para ahli purbakala, yang menyebutkan bahwa usia peradaban manusia modern baru dimulai sekitar 200 ribu tahun silam. Atau masih lebih muda sekitar 4.599.8xx.xxx tahun dari awal pembentukan bumi.

Baiklah, 50 ribu tahun memang ada maknanya. Tapi apa pentingnya mempersoalkan waktu sebanyak itu bagi kita yang tidak akan pernah menjalaninya?

Memang, waktu 50 ribu tahun mungkin tetap saja tidak penting bagi orang-orang yang tidak mempercayai keberadaan tuhan. Tapi bagi orang yang memiliki iman, utamanya umat muslim, 50 ribu tahun adalah sebuah waktu yang niscaya akan dilalui kembali oleh setiap orang yang pernah singgah dan hidup di dunia ini.

Dalam pemahaman Islam, setelah meninggal dunia maka manusia akan dibangkitkan kembali kepada kehidupan yang sesungguhnya, untuk dimintai  pertanggungjawaban atas semua perbuatan yang pernah dilakukannya di dunia ini. Setiap manusia akan dihisab; perbuatan baik mau pun buruk akan diperhitungkan dan diberikan balasan yang setimpal, kemudian akan diputuskan kampung terakhir yang layak sebagai tempat tinggal mereka: abadi di surga, atau kekal di neraka. Namun sebelum itu, sebelum proses hisab dilakukan, ada sebuah periode dimana seluruh umat manusia harus menjalani dan merasakan proses menunggu selama 50 ribu tahun, yang disebut dengan Yawm al Mahsyar, Hari-hari di Padang Mahsyar.

"Bagaimana keadaan kalian jika Alloh mengumpulkan kalian di suatu tempat seperti berkumpulnya anak-anak panah di dalam wadahnya selama 50 ribu tahun dan DIA tidak menaruh kepedulian terhadap kalian?" (HR Hakim dan Thabrani)

Tidak akan ada yang dapat menggambarkan keadaan dan perasaan penduduk Mahsyar saat itu. Namun cukuplah bagi kita bahwa berdiri dalam antrean, menunggu dan diabaikan selama 50 ribu tahun adalah sebuah peristiwa yang tidak tertahankan. Dan bagi orang yang memiliki iman di hatinya, peristiwa se-tak-terbayangkan ini pun tidak mungkin terbantahkan. Jika selama ini, saat kita berbuat dosa dan dengan entengnya bersandar pada kemurahan ampunan dan rahmat Alloh, maka apa/siapa yang akan membantu kita meringankan penderitaan selama 50 ribu tahun yang mendera jika Alloh sendiri telah berketetapan untuk mengabaikan kita pada hari itu?

Tidak ada yang dapat menggambarkan Yawm al Mahsyar, melainkan hanya berupa terkaan-terkaan terkait berita yang dibawa oleh Sang Utusan, Nabi Muhammad SAW:

"(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit dan mereka semua di Padang Mahsyar berkumpul menghadap ke hadirat Alloh Yang Maha Esa lagi Mahaperkasa" (QS Ibrahim:18)

"Sungguh manusia pada waktu itu sangat takut dan pandangannya tertunduk" (QS An Naazi'aat:8-9)

"Manusia dikumpulkan pada hari kiamat di padang pasir yang putih mengkilap bagaikan tepung bersih, tidak ada tanda apa pun padanya yang bisa dikenali seseorang" (HR Bukhari)

"Sesungguhnya matahari mendekat kepada manusia pada hari kiamat. Jarak dari mereka hanya satu jengkal. Ketika itu mereka dikenali sesuai amal masing-masing" (HR Bukhari)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun