Tentang seseorang yang menghubungi saya itu, ada kejadian lucu di baliknya. Dia tak serta merta mengenal saya lalu mengajak, bukan, kejadian kocak melatarbelakangi peristiwa itu.
Saat itu saya sedang random mengikuti akun Instagram orang-orang yang menyukai sebuah postingan bola. Saat itu saya mengikuti 3 orang secara acak. Dua di antaranya mengikuti saya kembali, dan seorang tidak.Â
Lalu, di hari itu juga, saya iseng mengubah bio Instagram saya dengan menulis kalimat begini, "Jurnalis sepak bola, segera. Aamiin".
Eh, keesokannya, ada sebuah DM yang masuk. Dari sebuah akun sepak bola yang tak saya kenal. Sang admin bertanya apa saya biasa menulis? Saya bilang iya, tapi sekadar menulis curhatan saja.Â
Dia mungkin berpikir saya adalah jurnalis sepak bola sungguhan karena bio yang saya letakkan di profil itu. Dia menjelaskan kalau saja memang saya ini biasa menulis seputar bola, dia ingin mengajak saya bekerja sama untuk menulis di lamannya.
Aih, tentu saja saya senang bukan main. Tapi masalahnya, saat itu saya belum pernah menulis soal bola bahkan sekali pun. Eh, pernah sih, 2-3 kali di blog pribadi, tapi kualitasnya sangat buruk. Gayanya tidak seperti esai, tapi lebih ke curhat.Â
Lalu, akhirnya dia meminta kontak WA saya dan kami melanjutkan obrolan di sana.
Setelah dia paham bahwa saya sangat amatir di bidang menulis soal bola, dia berpesan agar saya membaca tulisan-tulisannya yang sudah dimuat di sejumlah media online terkenal. Dia memintaku belajar menulis seperti gaya tulisannya lebih dulu.
Akhirnya saya mengiyakan, itung-itung belajar untuk sesuatu yang memang sudah saya impikan. Setelah itu, saya bertanya kepadanya dari mana asal mula dia mengetahui akun Instagram saya. Mencengangkan, dia bilang seorang kawannya memperkenalkan saya kepadanya setelah melihat bio Instagram saya.
Kawannya? Siapa? Tentu hal itu membuat saya bingung. Dia menyebut nama kawannya itu. Anda tahu siapa dia? Dia adalah seseorang yang saya follow secara random beberapa hari sebelumnya. Hal yang paling menyebalkan adalah, fakta bahwa orang itu bahkan tidak memberi saya sebuah follow back. Iya, orang itu tidak mengikuti saya kembali tapi malah memperkenalkan saya kepada temannya. Aih, betapa menyebalkannya.
Hah, tak apa. Saya memakluminya. Bagaimana pun juga dia telah membawa hal yang baik dalam hidup saya. Haha.