Mohon tunggu...
fina luthfi m
fina luthfi m Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Saya memiliki ketertarikan pada bidang kepenulisan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Nona

14 Januari 2025   13:44 Diperbarui: 14 Januari 2025   13:44 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Non, matamu sayu

Telapakmu kian layu

Denting putar tak henti

Tak hentinya, apa nan dinanti?

Lihai mendayu rayu

Tak pandai merangkai laku

Meragu kian arungi langkahmu

Non, hati nan terasa batu

Menjangkah yang meragu

Non, rasa-rasanya nan tak bisa satu

"Genggamlah pasir ini sekencangnya" katanya

Pudar dalam genggaman

Alirankan dalam derunya air

Tak apa, jangan meragu

Telapakmu kini merekah

Pasir pun ikut derainya air

-Menceritakan tentang seorang wanita (Nona) yang meragu akan langkah dalam hubungannya, hingga pada akhirnya melepaskan semuanya selayaknya pasir yang digenggam lama kelamaan akan pudar dan membiarkannya mengalir pada derasnya air selayaknya membiarkan hubungannya mengalir sejalan dengan perjalanan waktu. Maka telapaknya yang duhulu layu kini merekah karena berani untuk melepaskan genggamannya dalam keraguan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun