Mohon tunggu...
FILZA HALAWATIEN ZAIYAT
FILZA HALAWATIEN ZAIYAT Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Prodi Pendidikan Islam Anak Usia Dini.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori Perkembangan Moral Anak Usia Dini Menurut Jean Piaget

1 Juni 2024   15:28 Diperbarui: 1 Juni 2024   15:59 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Egosentris anak membuat mereka sulit untuk memahami perspektif orang lain dan cenderung menonjolkan keinginan dan pemikiran mereka sendiri. Egosentrisme ini juga terkait dengan cara anak memahami aturan dan keadilan moral pada tahap heteronomous.

Realisme moral terkait dengan tanggung jawab objektif, di mana nilai-nilai hukum lebih diutamakan daripada niat dibalik tindakan tersebut. Anak-anak cenderung lebih peduli dengan hasil dari perilaku daripada alasan di baliknya. Mereka juga memiliki keyakinan bahwa keadilan ada di dalam aturan itu sendiri. Selain itu, hubungan keluarga yang kuat dengan orang dewasa cenderung menghasilkan orientasi moral heteronomous pada anak karena otoritas yang dominan dari orang dewasa.

Tahap kedua adalah autonomous morality, di mana anak-anak mulai menyadari aturan dan hukum yang dibuat manusia. Mereka mempertimbangkan niat pelaku dan konsekuensi dari tindakan tersebut saat menilai kebaikan atau keburukan suatu perbuatan. Tahap ini terjadi pada anak-anak usia 7-10 tahun. Sebagai contoh, dalam kasus memecahkan gelas seperti yang disebutkan sebelumnya, anak-anak pada tahap autonomous morality akan melihat bahwa perbuatan yang lebih buruk adalah memecahkan satu gelas dengan sengaja ketika mencuri kue.

Carol Gilligan dalam Santrock (2008) mengkritik pandangan Piaget dan psikolog pria lainnya yang melihat perkembangan moral perempuan secara negatif. Dia menggambarkan perbedaan antara Jake dan Amy, menunjukkan bahwa laki-laki cenderung membuat keputusan moral berdasarkan prinsip-prinsip keadilan, sementara perempuan lebih memperhatikan perasaan dan empati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun