Piaget adalah seorang psikolog asal Swiss yang hidup dari tahun 1896 hingga 1980. Awalnya, Piaget lebih tertarik untuk meneliti perkembangan kognitif pada manusia. Dia berpendapat bahwa anak-anak secara aktif membangun pemahaman mereka tentang dunia. Anak-anak tidak hanya menerima informasi dari lingkungan, tetapi juga menyesuaikan pemikiran mereka untuk memahami gagasan-gagasan baru. Proses ini dikenal sebagai asimilasi dan akomodasi (Santrock, 2008: 4).
JeanPiaget memberikan kontribusi besar dalam studi perkembangan kognitif dan menjadi tokoh terkenal di kalangan akademisi. Setiap diskusi tentang perkembangan kognitif tidak lengkap tanpa menyebut namanya. Hasil eksperimennya masih menjadi acuan hingga sekarang.Â
Tahap-tahap perkembangan kognitif yang dia kemukakan (sensorimotor, praoperasional, operasional konkrit, dan operasional formal) sangat terkenal. Piaget percaya bahwa anak-anak membangun pengetahuan mereka melalui interaksi dengan lingkungan, bukan hanya menerima pengetahuan secara pasif. Mereka aktif dalam membangun pemahaman mereka dengan terus berinteraksi dengan lingkungan.
Piaget menggunakan tiga konsep utama untuk menjelaskan proses pembentukan pengetahuan anak: asimilasi, akomodasi, dan keseimbangan (Brewer, 2007: 14). Proses ini melibatkan berbagai aspek seperti skema, asimilasi, akomodasi, organisasi, dan keseimbangan (Santrock, 2010: 172-173).
Piaget percaya bahwa bermain game dan mengajukan pertanyaan tentang peraturan dalam game menjadi seperti "lab on life" bagi anak-anak untuk memahami prinsip-prinsip moral. Pada tahun 1932, dia mulai memikirkan isu-isu moral setelah mengamati anak-anak usia 4 sampai 12 tahun bermain kelereng. Dia ingin tahu bagaimana mereka menggunakan dan mematuhi aturan-aturan permainan (Piaget, 1962).Â
Piaget juga mengajukan pertanyaan kepada mereka tentang etika, seperti mencuri, berbohong, hukuman, dan keadilan. Dari penelitian ini, Piaget menyimpulkan bahwa anak-anak memiliki dua cara berpikir yang berbeda tentang moral, tergantung pada tingkat kematangan perkembangan mereka (Jean Piaget dan Barbel Inhelder, 1969: 124).
Dalam penelitiannya, Piaget berpura-pura tidak mengetahui aturan permainan kemudian bertanya kepada anak-anak tentang aturan-aturan tersebut. Dari jawaban mereka, Piaget bisa memahami bagaimana anak-anak memahami aturan dalam permainan. Pendekatan bermain seperti ini banyak digunakan dalam penelitian psikologi atau ekonomi saat ini.Â
Piaget juga menggunakan cerita pendek yang menggambarkan perilaku baik dan buruk untuk meneliti perkembangan moral. Setelah anak-anak membaca atau memainkan peran dalam cerita tersebut, mereka diminta memberikan komentar. Dengan dua metode ini, Piaget mengembangkan teorinya tentang perkembangan moral.
Hasil penelitian Piaget menunjukkan bahwa ada empat tahapan dalam cara anak memahami aturan dalam permainan:
- Anak di bawah usia 4 tahun yang bermain gundu. Mereka bermain untuk menang tanpa memperhatikan aturan permainan. Meskipun ada yang bisa memberikan jawaban tentang gerakan dalam permainan, tapi sebenarnya mereka tidak tahu atuaran permainannya.
- Anak usia 4 sampai 7 tahun belum sepenuhnya memahami aturan permainan. Mereka tidak terlalu fokus pada kerjasama atau kompetisi. Mereka hanya bermain saat senang dan berhenti jika merasa bosan atau kalah.
- Anak usia 7 sampai 10 tahun mulai menunjukkan sikap bekerja sama dalam permainan. Mereka belajar tentang kerjasama dan kompetisi, meskipun pemahaman mereka belum sempurna.
- Anak usia 11 sampai 12 tahun benar-benar memahami aturan permainan. Mereka menunjukkan kerjasama yang sungguh-sungguh sesuai dengan aturan permainan.
Berdasarkan hasil penelitiannya, Piaget membagi tahapan perkembangan moral menjadi dua. Tahap pertama disebut "heteronomous morality" yang terjadi sebelum usia 7 atau 8 tahun. Pada tahap ini, anak menganggap keadilan dan atuaran sebagai sesuatu yang tidak bisa berubah, diluar kendali manusia.Â
Misalnya, anak pada tahap ini mungkin akan mengatakan bahwa memecahkan dua gelas secara tidak sengaja lebih buruk daripada memecahkan satu gelas dengan sengaja ketika mencoba mencuri kue. Piaget mengatakan bahwa hal ini disebabkan oleh sifat egosentris anak dan belum matangnya struktur kognitif mereka (Boden, 1994: 48).