Mohon tunggu...
Humaniora

Teori Mimpi

19 Juli 2016   19:23 Diperbarui: 19 Juli 2016   19:30 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penggambaran pikiran manusia secara umum serta terapi untuk penyakit saraf dan mental.

Sesungguhnya tindakan yang sehat adalah membiarkan pintu terbuka lebar antara alam kesadaran dan bawah sadar.

Alam bawah sadar meliputi hal- hal yang kita usahakan untuk melupakannya sebab, hal- hal itu mungkin tidak menyenangkan, tidak pantas, menjijikan. Semakin besar kita melupakan sesuatu, semakin besar dan banyak kita memikirkannya secara tak sadar. "Neurotik" atau orang yang menggunakan energi terlalu banyak untuk usaha mengeluarkan hal- hal "yang tidak menyenangkan" dari kesadarannya. Penting sekali kita menyadari adanya tanda- tanda bawah sadar kita.

Hal- hal yang mungkin tidak menyenangkan itu seperti "victorialisme" atau segala sesuatu yang ada hubungannya dengan sexsualitas dianggap tabu.

Sigmund Freud seorang ahli Psikoanalisis (Bapak Psikoanakisis) yang lahir pada tahun 1856, berusaha menggambarkan pikiran manusia secara umum dan menerapkan terapi untuk penyakit saraf dan mental. Sigmund berusaha membawa "pengalaman traumatis" ke dalam pikiran sadar dan menghadapkannya kepada pasien itu.

Sigmund membagi teori Psikoanalisis dalam tiga bagian ;

Pertama, prinsip kesenangan dalam diri kita atau yang disebut "Id". Contohnya, seperti bayi yang baru lahir, kita hanya nyaris cuman mempunyai "Id"

Kedua, prinsip kesenangan kita dibawa sampai dewasa, tapi lambat laun kita belajar untuk mengatur kenginan itu atau yang disebut "Ego". Kita belajar untuk mengatur prinsip kesenangan dalam kaitan dengan prinsip realitas (fakta di lapangan).

Ketiga, prinsip kesenangan sejak kecil selalu kita dihadapkan pada tuntunan- tuntunan moral dari orang tua kita dan masyarakat. Ketika dewasa kita menahan gaung dari tuntunan- tuntunan serta penilaian moral. Tampaknya seakan- akan harapan moral dunia telah menjadi bagian dari diri kita, atau yang disebut "Super Ego". Hati nurani adalah komponen "Super Ego".

Dalam penerapan terhadap pasien Sigmund menjadikan sesuatu mimpi yang terwujud, atau dalam arti lain isi mimpi yang "jelas" ini selalu mengambil bahan atau skenario di hari sebelumnya. Menurut Sigmund mimpi adalah "pemenuhan yang tersamar dari mimpi yang ditekan"

Contohnya :

Kita katakan saja seorang pemuda memimpikan bahwa dia diberi dua balon oleh saudara sepupunya.

Penafsirannya :

Mungkin dia pergi ke pekan raya atau pasar malam dan melihat balon, jadi mungkin dia ingin beberapa balon.

Tidak itu tidak mungkin. Kamu benar mimpi memang sebagai pemenuh keinginan. Tapi, seorang pemuda tidak mungkin memiliki keinginan yang sangat besar untuk memiliki balon. Dan, sekali pun demikian dia tidak perlu sampai memimpikannya.

Penafsiran yang lain :

Dia sangat menginkan saudara sepupunya dan kedua balon itu adalah payudaranya. Ya, mungkin itu penjelasan yang lebih mungkin dan disyaratkan dia menganggap keinginannya adalah sesuatu yang memalukan.

Begitulah cara Sigmund Freud menganalisis dan menerapkan pengobatan saraf dan mental pasiennya melalui pendiaknosaan teori mimpi.

Penerapan ilmu Psikoanalisis ini melalui teori alam bawah sadar banyak digandrungi para seniman yang menjadi tertarik pada kehidupan mental bawah sadar seseorang.

Aliran "Surealis" menganggap kesenian harus berasal dari alam bawah sadar.

Semoga bermanfaat.

 

Sumber : Dunia Sophia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun