Mohon tunggu...
Filsuf-Wannabe
Filsuf-Wannabe Mohon Tunggu... -

Jangan melakukan public speaking dalam bentuk apapun kalo dalam berargumen masih penuh dengan logical fallacy.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Antara Ahok dan Gelas Berisi Air Setengah

8 Desember 2016   23:04 Diperbarui: 9 Desember 2016   01:30 1106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

**MARI KITA yang berotak waras dan bermoral sama-sama mengakui ini, menyetujui ini. Atau malu sama bayi babi albino gegar otak berumur seminggu. Karna si babi bisa paham.

Sama seperti pertanyaan tentang gelas tadi, kasus ini juga juga rupanya punya 2 sudut pandang yang berbeda. Yang jika anda cukup waras dan bermoral,anda akan mengakui kalo kedua sudut pandang tersebutsama-sama bernilai 50%. SEIMBANG. sama-sama kuat. Tidak ada yang lebih baik. Tidak ada yang lebih benar.Saya sudah sampaikan jika saya pendukung logika kedua, tapi saya tetap hormati dan AKUI logika pertama. Memangnya siapa saya mau merasa paling benar nomor satu? Saya bukan siapa-siapa, hanya seorang atheis hinajadi tidak akan merasa paling benar.

Seperti yang saya sudah tuliskan, saya adalah atheis. Standar moral saya tidak bergantung pada fatwa-fatwa alkitab dan firman-firman tuhan. Namun saya tetap bisa bersikap netral dengan menghormati dan menghargai argumen yang berbeda dengan saya. Dan bahkan saya MAU mengakui bahwa argumen tersebut seimbang dengan argumen saya.Tidak lebih buruk. SEIMBANG!. Lalu anda yang seorang theis, cinte sama tuhan, takut sama neraka, pengidam sorga, dan beribadah tertib, mampu enggak sampeyan bersikap bijaksana seperti itu? Jawab ke diri anda sendiri.

Saya punya kutipan bagus, "Membuat keputusan buruk tidak membuat anda menjadi pribadi yang buruk, bertahan dengan keputusan buruk lah yang menjadikan mu buruk".

Coba tanyakan ke hati nurani mu, hati yang katanya menakuti tuhan, mencintai dan mendamba-Nya, apakah salah satu dari argumen tersebut lebih kuat? adakah yang lebih bernilai? atau seperti yang saya katakan, SEIMBANG. Tidak ada yang lebih benar. Sama-sama kuat. Sama-sama bernilai 50%. alias SEIMBANG. Coba tanyakan itu ke nuranimu.

Yang jadi persoalan, kenapa para ulama-ulama tidak berpikir seperti ini. (Maksudnya seperti atheis hina seperti saya. atheis yang dibenci tuhan dan akan dibakar dineraka nanti). KENAAPPAAAAAAA???????


Kenapa mereka merasa bahwa sudut pandang argumen mereka adalah yang paling benar? Kenapa mereka merasa bahwa sudut pandang argumen mereka adalah satu-satunya yang harus diperhitungkan? Padahal ada argumen lain yang sama-sama kuat, seimbang nilainya. KENAAPPAAAAAAA???????. Kenapa mereka tidak bisa menghormati argumen lain yang nilainya seimbang, bahkan mungkin mereka tidak MAU mengakui bahwa argumen satunya yang bertentangan dengan argumen mereka adalah bernilai SEIMBANG? Sedangkan atheis hina dan calon penghuni neraka ini MAU dan MAMPU mengakui 2 argumen berkekuatan sama tersebut.

Lalu munculah ide di saya. Sebuah tantangan. Tantangan untuk para ulama-ulama tersebut yang saya harap akan membaca tulisan saya. Dan untuk mereka yang berangkat aksi bela islam. Dan untuk siapapun mereka yang mendukung LOGIKA PERTAMA dan tidak mau mengakui LOGIKA KEDUA.

Tantangan nya adalah, tolong jelaskan, MINIMAL jelaskan ke hati anda sendiri. Jelaskan :

1. Kenapa semua makhluk di muka bumi ini harus memperhitungkan sudut pandang anda saja, dan menolak sudut pandang lain yang jelas-jelas bernilai SEIMBANG. Kenapa sudut pandang lain harus di vonis mutlak salah? Sedangkan sudut pandang anda yang bisa dibilang saudara kembar dari sudut pandang tersebut bernilai lebih tinggi dan satu-satunya sudut pandang yang perlu diperhitungkan?

2. Dimana bijaksananya ketika ada 2 sudut pandang berbeda yang bernilai sama, lalu seseorang mengklaim bahwa sudut pandang yang di anutnya bernilai lebih tinggi dan satu-satunya yang perlu diperhitungkan? Dimana bijaksananya? Dimana kehormatannya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun