Narasumber : IS (nama Disamarkan)
Tema : Olahraga
Topik : Kelanjutan Persepakbolaan Indonesia
Wawancara yang dilakukan pada tanggal 25 Maret 2016 ini membahas mengenai kelanjutan persepakbolaan di Indonesia, dengan narasumber IS, lulusan strata 2 Universitas ternama di Indonesia.
Pertanyaan pertama yang kami lontarkan ialah mengenai apa yang terjadi dengan persepakbolaan Indonesia saat ini menurut pemikiran IS. IS menjelaskan bagaimana sebuah sepakbola hanyalah sebuah sepakbola belaka bagi orang-orang awam. Tetapi, bagi elite-elite politik, bola merupakan sarana politik dan sarana keuangan, serta sarana hiburan. Oleh karena itu kisruh persepakbolaan Indonesia tidak pernah usai. IS mengambil sudut pandang pada zaman pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, dimana sepakbola Indonesia dipegang oleh orang-orang politisi,bukan orang pada sepakbola.
Beliau menjelaskan beberapa politisi yang masuk dalam dunia sepakbola, seperti Nurdin Halid. Itulah mengapa “wajar” jika sepakbola di Indonesia itu hancur, karena dipegang oleh orang-orang politisi dan menjadi ketua merupakan sebuah hal yang diperebutkan. Sepakbola bukan hanya sebatas sebuah olahraga,tetapi dijadikan sebagai sumber uang, dan dijadikan sumber modal politik juga. Bagaimana kita mengetahuinya[T1] ? Pemegang PSSI banyaknya ialah para politisi dari sebuah partai ternama di Indonesia.
Pemerintah menginginkan bahwa merekalah yang memegang penuh PSSI, namun PSSI tanpa partai ini tidak dapat hidup. Partai ini yang membiayai pemain-pemain tim nasional untuk bermain di luar. Inilah awal dari olahraga sebagai industri. Semua orang ingin menjadi ketua PSSI. Fakta yang terjadi bahwa dalam satu bulan,seorang ketua PSSI dapat “memegang” uang 2 miliar. Dapat terlihat dari pindahnya seorang anggota DPR dan mendukung mati-matian terhadap PSSI, yang menunjukkan bahwa DPR saja tidak ada apa-apanya dibandingkan posisi ketua PSSI.
Ketika kita membicarakan mengenai PSSI, dan membicarakan bagaimana agar PSSI ini dapat menjadi lebih baik, itu sangatlah sulit. Akar dari masalah ini ialah organisasi persepakbolaan Indonesia dipegang oleh orang-orang politisi, bukanlah orang yang mengerti mengenai sepakbola.
Tapi di balik semua hal negatif dari politisi yang memegang PSSI, ada dampak positif yang dapat diberikan. Kampanye yang dilakukan oleh politisi akan sangat berguna ketika suasana sepakbola Indonesia sudah dalam keadaan yang aman. Dalam pengembangannya, PSSI membutuhkan sosok ketua yang mampu dalam segi finansial dan relasi terhadap dunia luar, hal inilah yang tidak dapat diberikan pada orang awam yang mengerti sepakbola, namun dapat diberikan oleh para pengusaha dan politisi di Indonesia. Adanya perbedaan yang signifikan ketika 2 zaman pemerintahan PSSI yang diketuai oleh 2 orang yang berbeda. Ketika dipegang sipil, sepakbola tidak berjalan. Namun ketika dipegang pengusaha, sepakbola Indonesia dimanfaatkan.