"Maaf kak, saya tidak berniat melakukan itu" kata Mira dengan sedih. "Apa boleh saya membantu?" tanya Mira. Entah mengapa pertanyaan itu muncul.
Sepertinya Mira memiliki ikatan khusus dengan Nala. Entah mengapa hati Mira masih bingung dan mempertanyakan hal itu.
"Besok kamu pergi lagi ke taman itu" ungkap Nala seraya meninggalkan Mira.
Esok hari Mira langsung bergegas ke taman itu, dan anehnya semua orang di sana nampak seperti Nala. Mira pun langsung berlari dan mengambil kertas itu.
Terimakasih telah menjadi putri yang baik nak.... Namun takdir berkata lain, mama dan papa harus berpisah selamanya. Maaf...
                                                                                                             ~Mama~
Mira terkejut membaca itu dan seketika pikirannya kembali. Mira terbangun dari tempat tidurnya lalu terkejut. "Mengapa tangan Mira diikat pada tali?" tanya Mira pada diri sendiri. Sebuah kenangan tiba-tiba terbesit. Sebuah sekolah yang penuh keceriaan, namun hal itu berubah saat sebuah surat dari orangtua Mira datang; dan itu terjadi di bangku taman. Sebuah surat dan bangku taman menjadi saksi bisu hancurnya hidup Mira. Ini aku Mira, berbaring di kasur rumah sakit jiwa adalah favoritnya. Mira sudah hancur, tidak ada lagi yang dapat diharapkan.