Jembatan Ampera dibangun sekitar ± 15 tahun yang lalu panjangnya kurang lebih 300 m dan lebar kira-kira 4m yang terletak di RT.25 Desa Tungkaran Pangeran, Kecamatan Simpang Empat, Kab. Tanah Bumbu dan dihuni kira-kira sekitar 200 KK. Awalnya jembatan ini dibangun secara swadaya untuk dermaga kapal-kapal kecil dari pulau pulau sekitar, namun seiring dengan waktu, kini fungsi jembatan selain sebagai kebutuhan aktivitas untuk bersandarnya kapal-kapal motor kecil, juga sebagai kebutuhan penduduk yanga ada dijembatan tersebut.
Nama Jembatan Ampera sendiri sudah tak asing lagi bagi masyarakat yang ada di sekitar simpang empat dan batulicin, bahkan bagi anggota DPRD dari Dapil 1 Tanah Bumbu ada beberapa yang pernah mencari dukungan kesana saat Pemilu 2009, namun tak banyak yang tau bagai mana kondisi sekarang jembatan tersebut. Lalu apa hubungan nya dengan grandong, hubungannya adalah hanya dalam cerita fiksi “gerandong takut jembatan Ampera".
Berawal dari sebuah cerita di Jembatan ampera, kira kira beberapa hari yang lalu terdengar kabar bahwa penduduk disana tidak bisa tidur karena jembatan tersebut. Akhirnya kabar ini sampai ketelinga Panglima Gerandong, sosok mahluk alam sebelah yang berbadan besar dan sangar. Kabar ini membuat nyali grandong tersinggung, dan sehingga merasa perlu uji nyali disana. Dalam pikiran gerandong penuh pertanyaan, “ Jangan-jangan jembatan tersebut memiliki kekuatan yang cukup dasyat, sehingga bisa membuat penduduk tak bisa tidur”. Akhirnya untuk menjawab pikirannya, gerandong berhasrat untuk cek dan ricek ke TKP, maaf bukan tempat kejadian perkara tetapi Tempat Kejadian Peristiwa.
Gerandong pemberani nan sangar kemudian menghadap raja grandong yang bernama Grigidul. Gerandong yang sangat berhasrat, menyampaikan tentang hal ihwal apa yang didengarnya, akhirnya Raja Gerandong (Grigidul) pun penasyaran.
Selang beberapa hari Grigidul menyusun tim untuk melakukan pencarian informasi awal, dan beberapa hari kemudian tim menghadap raja kembali. Ini pembicaraan Grigidul dan tim konsultan Gerandong:
Grigidul : “Bagai mana situasi disana apa benar penduduk disana tak bisa tidur yang disebabkan jembatan?”
Tim : “Benar sang paduka sepertinya penyebabnya suara dari jembatan, yang bisingnya melebihi kedasyatan kentut baginda Grididul.”
Grigidul : ‘Kenapa demikian, apakah kalian sudah menayakan kepada warga sekitar, apa gerangan dibalik kekuatan suara dasyat itu, jujur saya merasa tertantang bila ada yang lebih hebat dari saya ?”
Tim : “Belum kami tau baginda sumber dibalik kekuatan dasyat jembatan itu, kami sendiri sebelum bertanya lari ketakutan karena memang suara yang ditimbulkan jembatan seperti menusuk gendang telinga kami.”
Grigidul : “Kalau begitu saya akan ke TKP bersama panglima gerandong, saya akan hadapi kekuatan suara jembatan itu berdua.”
Tim: “Apakah baginda yakin berani?” Tim balik bertanya dengan penuh was-was dan hawatir.
Grigidul : “Siapa takut, sebetar lagi kekuatan itu kita taklukan, oke jaga kerajaan! kami langung berangkat, siapkan telur ayam, sesajen dan kain hitam sebagai syarat untuk manggil aruah prustasi korban ketidak adilan pembangunan negri ini!”
Akhirnya Raja Gerandong dan Panglima Gerandong berangkat ke TKP dengan penuh kesiapan mental, karena pikirnya suara jembatan itu memiliki kekuatan gaib.
Sesampainya di TKP kedua gerandong berjalan pasti di jembatan tersebut, tepatnya jam 12 malam jum’at, tapi tiba-tiba gerandong tersebut loncat dari jembatan dan lari pontang panting terbirit-birit ketakutan. Keesokan harinya kabar Grandong ketakutan tersiar, bahkan menjadi topik utama panderan warga jembatan.
Peristiwa ini membuat sang raja gerandong penasaran, untuk kesekian kalinya grigidul mengirim gerandong mata-mata untuk mengetahui masalah sebenarnya. Setelah satu minggu kemudian disebuah warung kecil warga lagi ngegosip, tiba tiba datang seorang pemuda, dan ternyata dialah penyebab kenapa gerandong lari terbirit birit.
Dia menceritakan bahwa malam jumat kemaren, dia melintas jembatan ampera mengunakan roda dua, karena kondisi jembatan yang sudah mulai rusak , sehingga papan-papan tersebut apabila dilintasi akan menimbulkan bunyi bising akibat paku dan papan sudah mulai bermasyalah, inilah yang membuat kemaren gerandong takut terbirit-birit. Dia juga menambahkan ini tidak ada hubungannya dengan mistik atau kekuatan gaib, tapi ini tandanya jembatan sudah selayaknya untuk diperbaiki.
Kemudian terjadilah tanya jawab pemuda dan warga..!
Warga: “kemana kita dapatkan dananya untuk bisa melakukan rehap jembatan kita?”
Pemuda : “Nah yang mesti memikirkan ini adalah wakil kita dan pimpinan daerah kita, mereka digajih untuk itu, gitu aja kok repot. Kalau mereka punya niat pasti datang kemari dan mengirim tim untuk ricek n ricek, yang penting ABG (Asal Bukan Gerandong) dan yang terpenting dianggarkan di APBD"
Ternyata info ini terdengar grandong, dan para grandong pun rapat bersama pasukannya...
Gerandong lugu : “apakah kita bisa membantu para warga untuk memperbaiki jembatan mereka baginda dengan kekuatan yang kita miliki?”.
Grigidul: baginda menjawab sambil mengkerutkan kening, “ini abat milinium bukan zaman tangkuban perahu, ngga mungkin kita minta bantuan jin iprit untuk memperbaiki jembatan tersebut, dan kita tidak punya orang-orang yang ahli kontruksi, konsultan, dan lagi pula didunia gerandong tak mengenal APBD, lalu pakai apa kita bisa bantu?"
Grandong lugu: “Kalau begitu siapa dong yang seharusnya bisa membantu?”, kata grandong dengan keluguannya
Grigidul: "ya wakil mereka dan pimpinan daerah mereka, kata teman saya yang masih kuliah di Rusia Fakultas Perbanditan Managemen Tipudaya semester akhir, untuk bisa melaksanakan pembagunan harus mesti dianggarkan di APBD, tetapi untuk bisa lancar pembangunan itu, APBD jangan sampai masuk angin dan kentut".
Gerandong lugu: sambil memegang kepala silugu masih saja belum paham “ BAGINDA APA ITU APBD?”.
Grigidul: ”APBD ADALAH UANG RAKYAT YANG DIKELOLA OLEH DAERAH UNTUK KESEJAHTERAAN RAKYAT bukan untuk Kesejahteraan Pejabat, ini Indonesia bukan Rusia bagai mana sudah paham.
Grandong lugu: "Paham baginda"
Grigidul: "kalau kamu sudah paham semoga wakil mereka juga bisa lebih paham, kalau mereka belum paham berarti malu dong sama kamu Mr. Gerandong lugu"
(Selesai)
Ket:
Cerita "Gerandong Takut Jembatan Ampera" adalah Fiksi, akan tetapi Kondisi Jembatan dan lokasi adalah Fakta. Mohon maaf jika susunan cerita dan pemakaian kata serta kalimat tidak tersusun dengan baik dan benar serta tidak memenuhi standar penulisan fiksi, karena saya sediri bukan ahli pembuat cerita fiksi. Namun terlepas dari memenuhi standar cerita fiksi atau tidak marilah semua pihak terkait bisa melakukan reaksi dan aksi dari sentilan subtansi cerita ini.I ntinya jangan bikin greandong takut lagi, dan jangan sampai malu sama gerandong ......ha ha ha... terimakasih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H