Mohon tunggu...
Filens Krispian
Filens Krispian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar / Mahasiswa @risno_ose

mempunyai hobi bermusik, olahraga dan mengisi waktu senggang membaca buku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menggali Potensi Katekese Melalui Evangelisasi

14 Mei 2024   09:16 Diperbarui: 14 Mei 2024   09:18 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Abstrak

Potret utama yang memberikan Katekese melalui evangelisasi adalah Yesus Kristus: pengajaran yang diberitahukan di zaman-Nya. Para murid-Nya menjadi tokoh mewartakan Injil dengan bantuan dan peranan Roh Kudus setelah Yesus naik ke surga, untuk memberikan pembinaan iman kepada orang-orang. Banyak kesalahpahaman dalam pembinaan iman di kalangan umat, sehingga tawaran oleh Tahta Suci selalu diberikan melalui Seruan Apostolik, untuk menunjukan potensi, peranan, dan kesaksian hidup dari masing-masing-umat. 

Kata kunci: Peranan, Potensi, Kesaksian.

1. Katekese pada awal Gereja

"Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam Dia". Penjelasan dari surat pertama Yohanes sebuah pusat iman kristiani. Mengenai iman kristiani sendiri, merupakan sebuah usaha yang terus-menerus dilakukan sehingga membantu menuju kasih tersebut. Tuhan menjadi figur utama yang memberikan kasih-Nya melalui katekese. Katekese melalui perumpamaan, mengajar, berkhotbah, merupakan cara Tuhan membangun iman orang-orang pada zaman-Nya. Pembinaan iman terus-menerus dilakukan dengan berbagai cara, hingga para rasul menjadi pengganti Dia yang mengajar mereka. Para rasul menggunakan metode mewartakan injil yang senada dengan berkumpul bersama, pengajaran secara lisan, menggunakan tulisan para Apostolik. 

Di dalam karya para rasul, Roh Kudus memampukan mereka selalu untuk meneguhkan hari para saudara untuk suatu tugas yang telah mereka terima dari Tuhan, karena dengan tidak menyebut banyak hal lain lagi, urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua jemaat-jemaat. Pewartaan yang diberikan oleh para rasul dimuat dan diteruskan oleh para Bapa Gereja. Bapa Gereja antara lain, St. Cyrilus dari Yerusalem, Yohanes Chrisostomus, Ambrosius, Klemens dari Roma, Origenes, Agustinus, dan lain-lain. Mereka menyelenggarakan katekese dengan bentuk tulisan-tulisan refleksi teologis yang menghantar setiap pendengar kepada pembinaan iman pada zaman itu. 

Warisan melalui tulisan-tulisan bapa Gereja masih digunakan. Sehingga, kini Gereja mempercayai peran Roh Kudus yang bekerja membimbing dan menuntun Gereja dalam perjalanannya. Yohanes Paulus II menegaskan dalam dokumen catechesi tradendae; katekese merupakan hak dan tugas Gereja, maka katekese menjadi tanggung jawab seluruh umat Gereja. Maka, katekese awal merupakan hubungan yang perlu antara kegiatan misioner yang menyerukan pertobatan dan kegiatan pastoral yang terus menerus memupuk komunitas kristen, sehingga katekese ini bukanlah sebuah pilihan, melainkan kegiatan dasar dan utama untuk membangun setiap kepribadian setiap murid dan juga bagi segenap komunitas.

2. Evangelisasi 

Imbauan Apostolik Bapa Suci Paulus VI menegaskan pentingnya sebuah kesaksian hidup dari orang kristen atau sejumlah orang kristen, di tengah masyarakat mereka sendiri, menunjukan kemampuan mereka untuk memahami dan menerima, untuk membagi hidup dan nasibnya, dengan orang lain solidaritas mereka serta usaha mereka untuk melakukan semua hal yang luhur dan baik. Sehingga peran penting setiap umat Gereja memberikan secara tulus setiap kesaksian hidup yang pernah dialami dengan menunjukan kasih-Nya. Melalui kesaksian hidup menjadi cara yang paling berpengaruh dan efektif. Namun yang terjadi dalam perjalanannya pastoral tidaklah mudah, karena pewartaan tentang Yesus menjadi hal yang bisa menimbulkan kesalahpahaman di antara umat, banyak yang memberikan pewartaan dengan tidak memiliki sumber Kitab Suci dan tidak berlandaskan gagasan yang jelas. Sehingga Petrus menegaskan bahwa "siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan-jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan-jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada pada kamu". Inilah mengapa, Gereja terus-menerus menegaskan kepada seluruh umat, katekese menjadi bagian dari masing-masing pribadi yang diberitahukan kepada orang lain, dengan begitu umat mengambil dalam tugas Gereja yang mewartakan, bagaimana diungkapkan dalam (Mzm. 78:3-4) "yang telah kami dengar dan kami ketahui, dan yang diceritakan kepada kami, tidak hendak kami sembunyikan dari anak-anak mereka, tetapi kami akan ceritakan kepada angkatan yang kemudian puji-pujian kepada Tuhan dan kekuatan-Nya dan perbuatan ajaib yang telah dilakukan-Nya".

3. Integrasi: Katekese dan Keyrgma

Semua pembinaan kristiani merupakan pendalaman kerygma, yang mendarah daging semakin mendalam dan terus-menerus menerangi karya katekese, untuk memampukan kita memahami dengan lebih penuh makna setiap tema yang dikembangkan dalam katekese. Sehingga menjadi poin penting dalam katekese, setiap orang dapat menemukan pewartaan itu layak untuk dipercaya. Maka usaha pendalaman kerygma menjadi jalan terang karya katekese, agar mendalami pemaknaan dalam katekese, dengan pengungkapan kasih Allah yang menyelamatkan. Maka menjadi tugas pewarta injil untuk membantu orang-orang dengan setiap sikap untuk menerima pesan: keramahan, kesabaran, sikap penerimaan orang tanpa menghakimi. Sehingga pendidikan dan katekese selalu melayani pertumbuhan. Tawaran selalu diberikan oleh Tahta Suci dan berbagai keuskupan, pembinaan katekese untuk pewarta injil diperlukan agar tidak terjadinya kesalahpahaman kepada orang banyak. Contoh Tahta Suci mengeluarkan Seruan Apostolik Catechesi Tradendae (1979), Petunjuk Umum Katekese (1997) dan masih banyak penawaran yang Tahta Suci akan pembinaan akan katekese dengan pendalaman kerygma. Melalui kegiatan evangelisasi, peran pokok pewartaan pertama atau kerygma menjadi tampak lebih jelas akan upaya pembaruan Gereja. Sehingga sampai kepada integritas katekese dan kerygma, iman diwartakan dengan satu atau lain cara melalui proses katekese, sehingga jelas ditampilkan dalam Evangelii Gaudium, iman setiap anggota Gereja lainnya hendaknya bertumbuh dalam kesadaran bahwa ia sendiri juga perlu dievangelisasi. 

4. Menggali Potensi Katekese Melalui  Evangelisasi

"Buka lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup dalam aku" (Gal. 2:20). Ungkapan yang membuka mata orang akan evangelisasi yang selalu mengusahakan perkembangan dalam setiap perjalanannya, yang merujuk pada setiap orang akan rencana Tuhan kepada mereka.  Kesadaran akan usaha perkembangan dan pendewasaan terus-menerus dimuat oleh evangelisasi sesuai zamannya. Tuhan selalu mengusahakan perkembangan melalui  pembinaan Roh Kudus yang diberikan kepada kita lewat tindakan evangelisasi. Perintah Tuhan mencakup panggilan untuk selalu bertumbuh dalam iman: ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu" (Mat. 28:20). Harapannya semua anggota mengalami perkembangan dalam Kristus, sehingga mampu memberikan pewartaan kepada orang berikutnya. Bagaimana perintah untuk saling mengasihi menjadi evangelisasi dasar kepada orang lain melalui tindakan sehari-hari. 

Sebagaimana ungkapan oleh Santo Yakobus "hukum utama yang tertulis dalam Kitab Suci: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri", (2:8), agar segala tindakan tidak merugikan orang lain dan diri sendiri. Masuk kepada proses tanggapan pertumbuhannya selalu di mulai oleh karunia Allah, karena Tuhan sendiri menegaskan bahwasanya baptislah mereka di dalam namaKu supaya karunia pengangkatan sebagai anak-anak menjadi tanda rahmat yang selalu diberikan Dia kepada kita. Dengan demikian kita memberikan diri kita diubah dalam Kristus melalui hidup yang melangkah maju". "Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh" (Rom. 8:5). Maka menegaskan kembali akan hidup untuk memberikan diri akan karya Roh Kudus dalam keseharian, hingga sebuah proses tanggapan dan pertumbuhan selalu dimulai oleh rahmat Allah. Rahmat yang diusahakan Allah terus-menerus diberikan hingga membuahkan hasil melalui tujuan akhir katekese, mampu menempatkan seseorang bukan hanya dalam hubungan, melainkan dalam persekutuan, dalam keintiman dengan Yesus Kristus. 

Semakin jelas bahwa pembentukan katekese membuat proses setiap pribadi semakin mengenal Allah dan Injil keselamatan-Nya yang membebaskan melalui keintiman kedekatan akan Allah melalui pewartaan kerajaan Allah. Mendidik mentalitas iman yang terus menerus diusahakan oleh katekese yang senada dengan Injil, sehingga merasa berpikir dan bertindak seperti Kristus. Membantu orang dalam pembinaan iman membentuk memberikan perhatian istimewa kepada "jalan keindahan" (via pulchritudinis). Mempercayai bahwasannya pewartaan merupakan tindakan percaya pada-Nya dan mengikuti-Nya, tetapi keindahan menjadi poin penting yang membuat semarak sukacita lebih terus-menerus mendalam akan banyaknya tantangan kesulitan yang marak terjadi di dunia dewasa ini. Keindahan menjadi sarana untuk menyentuh hati manusia sehingga membuat Kristus tinggal dan menetap di dalam diri mereka. Maka via pulchritudinis bagian usaha untuk meneruskan iman. 

Pewartaan tidak hanya melalui homili, melainkan usaha evangelisasi pun menjadi ajakan yang didasarkan pada Sabda Allah. Maka berbagai upaya ditunjukan oleh pewarta injil untuk membentuk ajakan akan Sabda yang harus ditegaskan kepada setiap orang. Sehingga tepat ungkapan dokumen Evangelii Gaudium, bahwasanya Studi Kitab Suci harus menjadi pintu yang terbuka bagi setiap orang beriman.

5. Penutup

Berangkat dari perjalanan pastoral yang tidak mudah diimplementasikan, memaksa tekad bekerja lebih keras melalui bantuan Roh Kudus akan pewartaan Injil. Banyaknya tuntutan zaman membuat seolah menarik paksa kesalahpahaman terjadi di kalangan umat. Gereja selalu mengupayakan penyelesaian dengan berbagai bentuk, Seruan Tahta Suci dan keuskupan bagi umat seluruh dunia. Tugas utama umat dalam membangun hidup komunitas kristen untuk menyerukan pertobatan dan kegiatan pastoral, sehingga membangun setiap kepribadian komunitas kristen. Maka penutup untuk kesimpulan ini adalah penegasan kembali akan kesaksian hidup orang kristen di tengah masyarakat sendiri, menunjukan kemampuan untuk memahami dan menerima, akan membagi hidup dan nasibnya, karena pada dasarnya merupakan tindakan yang luhur dan baik. "Marilah dan Lihatlah," sebuah ungkapan Yesus kepada para murid-Nya untuk mengatakan berjalan bersama Dia baik untung maupun malang. Seperti evangelisasi, kita membutuhkan bantuan Tuhan, melalui Roh Kudus yang terus-menerus membimbing dan menuntun kita di dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun