Indonesia di PBB berulang kali. Sidang PBB selalu menjadi ajang mereka menyinggung Indonesia terus menerus. Intervensi dari negara kecil ini nanti akan menimbulkan intervensi dari negara yang lebih besar yang menganggap Indonesa tidak bisa menyelesaikan masalah HAM nya sendiri.
Masih ingatkah kalian dengan Vanuatu? Negara kecil yang kembali menyinggungVanuatu, negara kecil Pasifik, lagi dan lagi menyinggung Indonesia di Sidang Umum PBB. Negara tersebut telah menyatakan pelanggaran hak asasi manusia terhadap masyarakat adat Papua Barat, tetapi mengabaikan gerakan separatis yang terjadi di sana.
 Vanuatu Perdana Menteri (PM) Bob Loughman berbicara kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa pada sesi ke-76 Majelis Umum PBB (UNGA) tentang kurangnya kemajuan dalam hak asasi manusia di Papua Barat.
"Sampai saat ini hanya ada sedikit kemajuan di bidang ini," kata Loughman.
"Saya berharap masyarakat internasional, melalui proses yang dipimpin PBB, memperhatikan masalah ini dengan serius dan menanganinya dengan adil."
Pernyataan Loughman ini langsung dijawab dengan tegas oleh Sindy Nur Fitri, Diplomat muda Indonesia yang membalas dengan menanyakan pemahaman Vanuatu tentang HAM
"Vanuatu mencoba mengesankan dunia dengan apa yang disebut kepeduliannya terhadap masalah HAM," kata Sindy
"Kenyataannya, versi HAM mereka dipelintir dan tidak disebutkan tindakan teror yang tidak manusiawi dan keji yang dilakukan oleh kelompok kriminal separatis bersenjata," ujarnya.
"Vanuatu sengaja menutup mata ketika kelompok kriminal separatis bersenjata ini membunuh perawat, petugas kesehatan, guru, pekerja bangunan, dan aparat penegak hukum," tegasnya.
Hal ini bukan pertama kali Vanuatu membuat marah pemerintah Indonesia. Pada 2019, negara itu menyelundupkan separatis Papua Barat Benny Wenda ke Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (KTHAM) di Jenewa, di mana ia menyerukan referendum kemerdekaan.
Vanuatu di masa lalu telah berbicara mendukung kemerdekaan Papua Barat di forum PBB, meskipun agenda pertemuan tidak membahas masalah tersebut
Vanuatu, secara resmi Republik Vanuatu adalah sebuah negara pulau di selatan Samudra Pasifik dan terletak di kawasan Melanesia. Vanuatu terletak di timur Australia, timur laut Kaledonia Baru, barat Fiji, dan selatan Kepulauan Solomon. Vanuatu terdiri dari 83 pulau kecil dengan luas 12.189 km2 dan berpenduduk 307.150 jiwa pada tahun 2020. Ibukota dan kota terbesar adalah Port Vila.
Vanuatu dihuni oleh orang Melanesia. Orang Eropa pertama yang mengunjungi pulau ini adalah Fernandes de Queiros dari Portugal dan armada Spanyolnya, yang tiba di daerah itu pada 1606. Spanyol dan Portugal telah bersatu di bawah kepemimpinan raja Spanyol sejak 1580 (Kekaisaran Portugis dipulihkan pada 1640) Â , Queiros mengklaim kepulauan itu untuk Spanyol sebagai bagian dari Hindia Timur Spanyol dan kemudian memberinya nama La Austrialia del Espritu Santo
Pada tahun 1880 pulau-pulau itu jatuh ke tangan Prancis dan Inggris Raya. Pada tahun 1906, kedua negara sepakat untuk membentuk pemerintahan bersama atau kondominium yang disebut Hebrides Baru.Â
Gerakan kemerdekaan dimulai pada tahun 1970 dan Republik Vanuatu akhirnya didirikan pada tahun 1980. Setelah itu Vanuatu menjadi anggota PBB.
Indonesia sebenarnya memilikki hubungan baik dengan Vanuatu terlihat dari April 2015 ketika Vanuatu terkena bencana angin topan, Indonesia mengirim bantuan kepada para korban.
Sampai saat ini belum terketahui dengan jelas mengapa Vanuatu kerap melakukan intevensi kepada Indonesia secara berkala. Apakah ada faktor kepentingan dibaliknya atau ada hal lain yang tidak kita ketahui.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H