Mohon tunggu...
Fila Rachmad
Fila Rachmad Mohon Tunggu... Penulis - Seorang mahasiswa yang menekuni kepenulisan

Menulis menjadi salah satu hobby dalam waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

September Hitam Mau Sampai Kapan?

29 September 2021   17:30 Diperbarui: 29 September 2021   17:36 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

September, bulan dengan banyak peristiwa penting di Indonesia. Banyak sejarah yang bisa dibanggakan, seperti perjuangan Arek arek Suroboyo merobek bendera di Hotel Yamato hingga berakhir dengan terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby yang membuat kita bangga dengan perjuangannya, namun tertinggal di bulan September juga disana. banyak cerita kelam yang tersembunyi.

 Pembunuhan 6 jenderal, 1 perwira dalam satu malam, tidak terjadi dalam perang Mahabharata maupun sejarah dunia, tetapi hanya dalam sejarah Indonesia.

 Selain itu, ada juga tragedi berdarah. Dimulai dengan tragedi pembantaian 1965-1966, tragedi Tanjung Priok (1984), tragedi Semanggi II (1999) dan pembunuhan Munir pada tahun 2004. Tiga kasus baru juga disebutkan, yakni kebrutalan aparat dalam Aksi Reformasi Korupsi (2019), penembakan Randi dan Yusuf (2019) dan penembakan pendeta Yeremia (2020). Pemberhentian pegawai kpk paling lambat akhir bulan.

1. Tragedi Pembantaian 1965-1966

Pembantaian di Indonesia 1965-1966 adalah pembantaian orang-orang yang dituduh komunis di Indonesia setelah kudeta gagal 30 September (G30S/PKI) di Indonesia. Kebanyakan sejarawan setuju bahwa setidaknya setengah juta orang dibantai. Sebuah komando keamanan Bundeswehr memperkirakan bahwa antara 450.000 dan 500.000 orang tewas.

2. Tragedi Tanjung Priok (1984)

Peristiwa Tanjung Priok adalah kerusuhan tanggal 12 September 1984 di Tanjung Priok, Jakarta, Indonesia yang mengakibatkan meninggalnya beberapa orang meninggal dunia dan luka-luka serta terbakarnya beberapa bangunan. Sekelompok massa menodai sambil menghancurkan serangkaian bangunan dan akhirnya bentrok dengan petugas yang kemudian menembak mereka. Sedikitnya 9 orang dibakar dalam kerusuhan dan 24 orang dibunuh oleh pihak berwenang.

3. Tragedi Semanggi II (1999)

Kasus Semanggi II terjadi pada 24 September 1999, saat maraknya aksi mahasiswa menentang UU Manajemen Risiko

 (PKB) dan menuntut penghapusan dwifungsi ABRI. Kejadian ini juga terjadi di berbagai daerah seperti Lampung, Medan dan beberapa kota lainnya. Aksi tersebut ditindas oleh ABRI (TNI)

 yang mengakibatkan korban seperti Yap Yun Hap (FT UI), Zainal Abidin, Teja Sukmana, M Nuh Ichsan, Salim Jumadoi, Fadly, Deny Julian, Yusuf Rizal (UNILA), Saidatul Fitria dan Meyer. Ardiansyah (IBA Palembang). Tim relawan kemanusiaan mencatat 11 orang tewas dan 217 luka-luka dalam insiden tersebut.

4. Pembunuhan Munir (2004)

Munir meninggal dunia dalam penerbangan Garuda nomor GA974 dalam perjalanan menuju Amsterdam untuk melanjutkan studi pascasarjana pada 7 September 2004. Pertama, Pollycarpus diperiksa sebagai saksi.

 Institut Forensik Belanda (NFI) telah menunjukkan bahwa Munir meninggal karena keracunan arsenik yang fatal. Pembunuhan Munir diduga dilakukan dengan meracuni makanannya.

5. Kebrutalan Aparat Reformasi Dikorupsi (2019)

Aksi nasional #ReformasiDikorupsi #RakyatBergerak #FinishReformasi dimulai pada 23 September 2019 di beberapa kota besar Indonesia antara lain Malang, Surabaya, Yogyakarta, Makassar, Palembang, Medan, Semarang, Bandung, Denpasar, Kendari, Tarakan, Samarinda, Palua Ace dan lainnya di Jakarta dan diakhiri dengan aksi brutal dan represif oleh aparat dengan menembakkan gas air mata, water cannon bahkan peluru karet. Kartrid gas air mata kadaluarsa ditemukan di Jakarta sendiri. Selain itu, para pengunjuk rasa dikejar ke restoran, stasiun kereta api dan tempat ibadah.

 Aksi Nasional 7 Pasukan yang menyatukan berbagai elemen mulai dari pelajar, buruh, petani, nelayan dan pelajar dilawan dengan tindakan brutal dan kekerasan oleh aparat keamanan dengan penggunaan kekuatan yang tidak perlu atau berlebihan. Akibat dari kebrutalan ini mengakibatkan tewasnya 5 orang dalam aksi tersebut, antara lain Immawan Randi dan Yusuf Kardawi, mahasiswa Universitas Halu Oleo; pemuda dari Tanah Abang, Maulana Suryadi; dan dua pelajar, Akbar Alamsyah dan Bagus Putra Mahendra.

6. Penembakan Randi dan Yusuf (2019)

Tewasnya dua Mahasiswa Universitas Haluoleo (UHO) Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), Yusuf Kardawi dan Randi yang tewas tertembak saat mengikuti aksi demonstrasi menolak RUU di  Kantor DPRD Provinsi Sultra, pada Kamis 26 September 2019 lalu.

Tragedi penembakan tersebut juga dikenang sebagai peristiwa September Berdarah atau Sedarah. Sejak peristiwa penembakan itu gelombang demonstrasi terus dilakukan.

7. Penembakan Pendeta Yeremia

Pendeta Yeremia ditembak mati pada Sabtu, 19 September 2020, di Kabupaten Intan Jaya, Papua. Keluarga Pendeta Yeremia Zanambani yang ditembak mati di Kabupaten Intan Jaya, Papua, September lalu, menolak untuk mengadili kasusnya di pengadilan militer dan meminta agar dia diadili di pengadilan hak asasi manusia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun