Mohon tunggu...
Filah Mamala
Filah Mamala Mohon Tunggu... Editor - Universitas Airlangga

Tidak ada hoby;)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Seseorang Melawan Virus Corona

10 Mei 2020   20:24 Diperbarui: 10 Mei 2020   20:20 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ini hanyalah cerpen bukan dari kisah nyata

Kisah Seseorang Melawan Virus Corona

Setiap  hari aku terjang terik matahari menyegat tubuhku untuk pergi ke rumah sakit, dan dingin menyelimuti tubuhku ketika malam untuk merawat para pasien dan berjuang melawan sebuah virus corona. Semangatku tidak pernah padam, karena dorongan dari keluarga. Sesuatu ketika aku perjalanan pulang kerumah, beberapa orang tampak takut ketika bertemu saya. Karena ketakunan semua warga aku berusaha untuk mendekati warga namun hanyalah satu kalimat pedas yang terlontar ''dok jangan dekati kami nanti kami terpapar virus Corona dari dokter''. 

Aku hanya bisa tersenyum menghadapi lontaran dari salah satu warga. Aku langsung meninggalkan warga tersebut. Langkah sepatuku untuk menuju rumah sakit, tangan untuk membuka pintu rumah salit. Di rumah sakit hanya bisa terdengar suara berputarnya roda bet pasien. Diiringi dengan jeritan para pasien yang merasa sakit menahan sesak nafas. Aku bergegas mengganti bajuku menjadi baju APD (alat pelindung diri). 

Satu per satu aku temui untuk mengecek kondisi mereka, dan untuk melakukan rapid tes. ''Suatu pasien berkata "dok tolong saya , kata satu pasien yang terasa sesak napas ''. ''Iya ibu saya akan berusaha untuk menyembuhkan ibu?, kata Aku''. ''Beneran tolong aku.., bu... kasihan anak saya, suami saya yang ada dirumah, tidak ada ya g merawatnya''. ''Iya bu..., ibu yakin saja dengan terus berdoa dan berusaha agar cepat sembu, kata Aku. Aku langsung keluar dari ruangan isolator.

Air mata menetes dari pipiku ketika melihat kesakitan , jeritan para pasien positif Corona. Para perawat dan dokter sempat putus asa, namun saya berusaha untuk mengajarkan aku dan memberi dukungan kepada semua perawat dan dokter. ''Ayo semua teman tenaga medis, kita berkerja keras untuk melawan virus Corona, kita contoh negara China, beliau negara pertama terkena corona, namun dengan semangat tenaga medis hasil tersebut membuahkan hasil di china sekarang bersih dari ancaman virus corona. ''Benar apa yang dikata dokter, ayo... kita berjuang melawan virus corona?''. 

Aku dengan para perawat membuat sebuah rencana untuk melakukan sosialiasasi ke masayarakat dengan menghimbau memakai masker, mencuci tangan dengan baik dan benar dan setelah itu taat melakukan social distancing. ''Dok.. saya mau naya itu sosialisasi dilakukan siapa, padahal semua tenaga medis dihimbau oleh rumah sakit?, kata salah satu perawat". 

''Begini kalau kita berkerja sama terhadap mahasiswa falkutas kedokteran, atau falkutas perawat untuk melakukan sosialiasi terhadap masyarkat, kata aku''. ''Tapi bagaimana caranya untuk melakukan bekerja sama dengan falkutas, dok..?, kata salah satu perawat". ''Nanti itu aku pikirkan?, kata Aku. ''Iya dok.., kata serentakpara perawat, dan meninggalkan Aku''. ''Bagaimana kalau aku minta tolong ke ponaanku, kan ponaanku kuliaha di falkutas kedokter, kata Aku dalam hati''. 

''Assalamualaikum Aldo, maaf tante menganggu, kata aku ketika menelpon Aldo''. ''Wa'alaikumsaam, te ada pa ya, kata Aldo''. ''Tante boleh meminta tolong ke Aldo, kata Aku". ''Minta tolong apa tante, kata Ald, sambil tersenyum''. ''Tante minta tolong untuk kamu dan semua temanmu untuk melakukan sosialisasi kemasyarakat agar virus corona di Indonesia tidak bertambah setiap harinya, kata Aku. ''Siap te... nanti aku bilangin ke temanku dan minta izin ke dosen saya, kata Aldo''. ''Iya do, nanti kalau sudah ada disetujuidosen kamu, kabari tante ya, kata aku''. ''Siap te..., kata Aldo.

Beberapa hari ini Aku sudah lama tidak pulang ke rumah, karena taku warga disekitarnya menjadi takut kalau terkena corona. Aku tinggal ke tempat yang disediakan oleh pemerintah. Ketika aku mau mengecek semua kondisi pasien. Aku mendapat telpon dari Aldo, yang intinya bahwa dosennya setuju untuk mahasiswanya meakukan social distancing. Ide yang aku lakukan dengan aldo berjalan dengan baik, semua warga menjadi taat tidak keluar untuk dari rumah. 

Namun tiba-tiba Aldo jatuh sakit dengan beberapa temannya. Aku langsung bergegas untuk melakukan rapid test untuk Aldo dan semua temannya. Aku merasa sedih ketika Aldo terjatuh sakit karena postif corona, sedangkan semua temannya negatif corona. Tubuh ini tebujur paku melihat ponakan kesayang terbaring lemas di rumah sakit. Aku pingsan dan jatuh lemas ketika ponakan saya terbaring lemas. ''Dok... kenaapa pingsan, kata salah satu perawat''. 

Sejak itu aku bangkit untuk menyembuhkan orang yang positif, namun kondisiku semakin memburuk. Semakin hari ke hari walaupun orang yang positif corona semakin bertambah  namun orang yang sembuh akan virus corona juga bertambah. Aldopun juga dari hari ke hari keadaannya membaik, dan beliau besok dinyatakanboleh untuk keluar dari rumah sakit. Besok harinya Aldo memberikan sebuah puisi ke tantenya dan para tenaga medis yang berisikan:

Untuk Para Tenaga Medis
Wahai para tenaga medis
Kamu sosok yang kuat
Tangguh...
Dan Berani
Di garis terdepan
Melawan virus corona
Tidak ada satu kata menyerah
Terucap dimilikinya...
Meski perjuanganmu ini sangat berat..
Tekadlah yang melawan rasa itu..

Kamu rela terpisah ....
Dengan semua keluargamu
Kau hilangkan dulu semua egomu
Untuk melawan virus yang lima ribu orang mematikan ini ...
Percayalah..
Wahai Tenaga Medis
Yakinlah....?
Disetiap kesulitan pasti ada kemudahan
Disetiap kegelapan ada suatu cahaya
Jika moment itu tiba...
Satu keinginan yang aku capai
Aku akan memelukmu akan bangganya jasa
Wahai tim medis
Semoga kalian...
Dalam lindungan Allah SWT
Agar tetap sehat...
Dan terlindungi dari virus corona

Setelah Aldo dinyatakan sembuh. Aldo membaca puisi tersebut kedepan tenaga medis dan tantenya. Para medis merasa sedih becampur bahagia akan puisi yang dibacakan Aldo. Aldo memberikan dukungan terhadap tantenya dan tenaga medis. Agar bangkit dan terus berjuang. Setelah Aldo balik kerumah, keadaan semakin memburuk. Tetapi aku menahannya untuk mengabdi kehidupanku kepada para pasien yang positif corona. 

Segala usaha telahku berjuang untuk ara pasien, dan aku membuat sebuah alat disinfektan yang bisa terbang di udara dan dikontrol oleh remot, dan aku juga mmembuat sebuah alat untuk mengontrol para pasien positif corona dirumah sakit. Aku membagi waktuku merawat pasien dan membuat alat rancangan ideku, walaupun sesak napas menyrangku setiap hari. Tapi rasa itu aku tahan, sampai alat tersebut 100% berhasil digunakan untuk para tenaga medis dan masyarakat.

Hari ini menjadi bulan ke 3 aku melawan virus corona di tubuhku. Aku mempresentasikan alat tersebut ke para perawat dan dokter. Para dokter merasa bangga akan alat yang aku buat dan memberikan aku sebuah penghargaan. Namun hari tersebut juga menjadi terakhirku bertemu temanku tenaga medis, badan terasa lemah, leher terasa kuku, dada terasa sesak, tubuh tiba-tiba jatuh pingsan.  Para dokter dan perawat langsung menggotong tubuhku ke bed pasien. 

Segala usahatelah dikerahkan tenaga medis untuk menyembuhkanku, namun hal  itu musnah, karena hari ini menjadi takdirku untuk berpisah terhadap semua teman, pengabdian ku terhadap pasien positif Corona dan keluarga. Beberapa perawat langsung membungkus jasadku dengan plastik dan peti agar sesuai dengan anjuran protokol kesehatan, sambil menelpon keluargaku untuk datang dihari terakhir pemakamanku. "Assalamualaikum, kata Dian salah satubperawat yang menelpon keluargaku''. ''wa'alaikumsalam, ini siapa ya?, Kata ibuku''. 

''Ini saya Dian salah satu perawat, bu... anak anda dinyatakan meninggal terpapar virus corona''. ''Apa...??, kata ibuku terkejut bercampur sedih''. ''Ini anak ibu nanti pukul 14.00 WIB di makamkan di Pondok Indah, diharapkan ibu dan semua keluarga datang untuk melihat pemakaman terakhir anak ibu?''. ''Iya, saya akan ke sana, kata ibu sambil siap-siap pergi kepemakaman''.  

Di Pemakaman Pondok Indah hanyalah raut wajah sedih di semua keluarga termasuk: ayahku, ibukku, adikku, keempat kakakku, dan semua keponakan ku termasuk Aldo keponakan kesayangan ku, beliau hanya bisa melihat dari jauh, karena yang memakamkan aku orang tim medis yang lengkap dengan APD (alat pelindung diri) yang sesuai dengan protokol kesehatan, keluarga hanya bisa melihat dari kejauhan dan hanyalah bisa membacakan yasin ketika mengiringi aku dimasukkan ke diliang lahat. 

Aldo hanya bisa ngelamun dan tidak bisa berkata-kata apa-apa, hayaoah air mata yang menetes di pipi Aldo ketika melihat tante kesayangannya terpujur kaku, lemah dan akan dimasukkan ke liang lahat. Sejak itu ramah sakit tersebut mengenang jasaku, dengan menghias ruanganku yang biasanya dijadikan untuk merancang sebuah alat, dirubah menjadi ruangan penuh makna yaitu piagam, pialaku, penghargaanku dan inovasi yang telahaku ciptakan tertata rapi di ruang tersebut. Sekarang aku bahagia di surga ketika jasaku selama hidup aku perjuangkan untuk para pasien positif corona.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun