Mohon tunggu...
Filah Mamala
Filah Mamala Mohon Tunggu... Editor - Universitas Airlangga

Tidak ada hoby;)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Seseorang Melawan Virus Corona

10 Mei 2020   20:24 Diperbarui: 10 Mei 2020   20:20 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sejak itu aku bangkit untuk menyembuhkan orang yang positif, namun kondisiku semakin memburuk. Semakin hari ke hari walaupun orang yang positif corona semakin bertambah  namun orang yang sembuh akan virus corona juga bertambah. Aldopun juga dari hari ke hari keadaannya membaik, dan beliau besok dinyatakanboleh untuk keluar dari rumah sakit. Besok harinya Aldo memberikan sebuah puisi ke tantenya dan para tenaga medis yang berisikan:

Untuk Para Tenaga Medis
Wahai para tenaga medis
Kamu sosok yang kuat
Tangguh...
Dan Berani
Di garis terdepan
Melawan virus corona
Tidak ada satu kata menyerah
Terucap dimilikinya...
Meski perjuanganmu ini sangat berat..
Tekadlah yang melawan rasa itu..

Kamu rela terpisah ....
Dengan semua keluargamu
Kau hilangkan dulu semua egomu
Untuk melawan virus yang lima ribu orang mematikan ini ...
Percayalah..
Wahai Tenaga Medis
Yakinlah....?
Disetiap kesulitan pasti ada kemudahan
Disetiap kegelapan ada suatu cahaya
Jika moment itu tiba...
Satu keinginan yang aku capai
Aku akan memelukmu akan bangganya jasa
Wahai tim medis
Semoga kalian...
Dalam lindungan Allah SWT
Agar tetap sehat...
Dan terlindungi dari virus corona

Setelah Aldo dinyatakan sembuh. Aldo membaca puisi tersebut kedepan tenaga medis dan tantenya. Para medis merasa sedih becampur bahagia akan puisi yang dibacakan Aldo. Aldo memberikan dukungan terhadap tantenya dan tenaga medis. Agar bangkit dan terus berjuang. Setelah Aldo balik kerumah, keadaan semakin memburuk. Tetapi aku menahannya untuk mengabdi kehidupanku kepada para pasien yang positif corona. 

Segala usaha telahku berjuang untuk ara pasien, dan aku membuat sebuah alat disinfektan yang bisa terbang di udara dan dikontrol oleh remot, dan aku juga mmembuat sebuah alat untuk mengontrol para pasien positif corona dirumah sakit. Aku membagi waktuku merawat pasien dan membuat alat rancangan ideku, walaupun sesak napas menyrangku setiap hari. Tapi rasa itu aku tahan, sampai alat tersebut 100% berhasil digunakan untuk para tenaga medis dan masyarakat.

Hari ini menjadi bulan ke 3 aku melawan virus corona di tubuhku. Aku mempresentasikan alat tersebut ke para perawat dan dokter. Para dokter merasa bangga akan alat yang aku buat dan memberikan aku sebuah penghargaan. Namun hari tersebut juga menjadi terakhirku bertemu temanku tenaga medis, badan terasa lemah, leher terasa kuku, dada terasa sesak, tubuh tiba-tiba jatuh pingsan.  Para dokter dan perawat langsung menggotong tubuhku ke bed pasien. 

Segala usahatelah dikerahkan tenaga medis untuk menyembuhkanku, namun hal  itu musnah, karena hari ini menjadi takdirku untuk berpisah terhadap semua teman, pengabdian ku terhadap pasien positif Corona dan keluarga. Beberapa perawat langsung membungkus jasadku dengan plastik dan peti agar sesuai dengan anjuran protokol kesehatan, sambil menelpon keluargaku untuk datang dihari terakhir pemakamanku. "Assalamualaikum, kata Dian salah satubperawat yang menelpon keluargaku''. ''wa'alaikumsalam, ini siapa ya?, Kata ibuku''. 

''Ini saya Dian salah satu perawat, bu... anak anda dinyatakan meninggal terpapar virus corona''. ''Apa...??, kata ibuku terkejut bercampur sedih''. ''Ini anak ibu nanti pukul 14.00 WIB di makamkan di Pondok Indah, diharapkan ibu dan semua keluarga datang untuk melihat pemakaman terakhir anak ibu?''. ''Iya, saya akan ke sana, kata ibu sambil siap-siap pergi kepemakaman''.  

Di Pemakaman Pondok Indah hanyalah raut wajah sedih di semua keluarga termasuk: ayahku, ibukku, adikku, keempat kakakku, dan semua keponakan ku termasuk Aldo keponakan kesayangan ku, beliau hanya bisa melihat dari jauh, karena yang memakamkan aku orang tim medis yang lengkap dengan APD (alat pelindung diri) yang sesuai dengan protokol kesehatan, keluarga hanya bisa melihat dari kejauhan dan hanyalah bisa membacakan yasin ketika mengiringi aku dimasukkan ke diliang lahat. 

Aldo hanya bisa ngelamun dan tidak bisa berkata-kata apa-apa, hayaoah air mata yang menetes di pipi Aldo ketika melihat tante kesayangannya terpujur kaku, lemah dan akan dimasukkan ke liang lahat. Sejak itu ramah sakit tersebut mengenang jasaku, dengan menghias ruanganku yang biasanya dijadikan untuk merancang sebuah alat, dirubah menjadi ruangan penuh makna yaitu piagam, pialaku, penghargaanku dan inovasi yang telahaku ciptakan tertata rapi di ruang tersebut. Sekarang aku bahagia di surga ketika jasaku selama hidup aku perjuangkan untuk para pasien positif corona.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun