"Moy, bicaralah." Sesuatu yang hangat menyelimuti tangan kiriku. Ada jemarimu di sana. Nyaman.
"Ru," oke, aku mendengar suaraku, "bawa aku ke tempat lain."
"Kenapa?"
"Pokoknya, bawa saja aku ke tempat lain. Tempat yang lebih baik dari ini."
Kamu mengedarkan pandanganmu ke seluruh ruangan. Restoran itu sedang ramai, tetapi tetap terlihat nyaman dengan lampu-lampu lembutnya.
"Nggak ada yang salah dengan tempat ini, Moy. Aku suka tempat ini. Di sini..."
"Ya, tapi aku nggak suka," potongku. Tiba-tiba saja, satu tanganku sudah mengaduk-aduk cairan cokelat muda dalam gelas tinggi.
"Habiskan saja frappe-mu, lalu kita pergi." Kedua alismu hampir menyatu.
Ah, Ru.... Marah pun, kamu tetap terlihat menawan. Aku tidak bisa membayangkan jika wajah marahmu menghilang dari memori otakku.
"Ru?"
"Ya?"