Moy menghela napas. Matanya terpejam selama beberapa detik. Dan ketika matanya terbuka, raut wajahnya berubah. Sikap resminya hilang entah ke mana. Ia hempaskan punggungnya ke sandaran kursi dan melipat lengan di dada.
"Aku baik-baik saja, Ru," jawabnya.
"Maafkan soal hujan ini, Moy."
Moy tergelak.
Sungguh, aku tidak tahu apa lagi yang harus kukatakan padanya.
"Untuk apa kamu minta maaf, Ru?"
"Untuk---"
"Ru?!"
Seseorang menyeru namaku, tetapi bukan Moy. Aku melihat Doni berdiri di ambang teras kafe. Tubuhnya berbalut jas hujan.
Oke, selepas ini, siapa lagi yang akan menjemputku agar segera kembali ke kantor?
Doni sudah melepas jas hujannya. Kini ia berdiri di samping mejaku, bergantian menatap cemas aku dan Moy.