Februari adalah hujan. Banyak kisah tercipta di bulan ini.
Katanya, aroma tanah basah bisa memancing ingatan seseorang akan hal-hal manis.
Katanya lagi, hal-hal manis akan membuatmu tersenyum.
Atau sebaliknya, membuatmu terluka.
***
Kopiku masih separuh dan ini baru lima menit lewat dari pukul satu siang. Air langit masih saja tumpah seperti tak berkesudahan. Aroma tanah basah sudah terlewat lama, tak ada lagi yang bisa memancingku mengenang yang lampau.
Seharusnya aku sudah pergi dari kafe ini beberapa menit yang lalu, tetapi sesuatu yang entah apa itu membuatku tetap di tempat. Layar ponsel --- yang sengaja kubisukan deringnya --- berkali-kali menampilkan panggilan tak terjawab dan belasan pesan WhatsApp.Â
Mereka mencariku. Kata mereka, manajer baru kami akan datang sebentar lagi. Ya, seharusnya aku sudah kembali ke kantor detik ini. Namun, yah, kopiku belum habis. Paling tidak, itu bisa kujadikan alasan jika salah satu dari mereka mendatangiku kemari. Toh kantorku hanya di seberang jalan. Mereka bahkan bisa melihat tempat dudukku dari lantai tiga.
Ru, apa perlu aku yang menyeretmu kembali ke kantor?
Mataku agak terbelalak membaca preview pesan WhatsApp yang baru saja masuk.
Pesan dari Moy.