Mohon tunggu...
Fiksiana Community
Fiksiana Community Mohon Tunggu... Administrasi - Komunitas pecinta fiksi untuk belajar fiksi bersama dengan riang gembira

Komunitas Fiksiana adalah penyelenggara event menulis fiksi online yang diposting di Kompasiana. Group kami: https://www.facebook.com/groups/Fiksiana.Community/ |Fan Page: https://www.facebook.com/FiksianaCommunity/ |Instagram: @fiksiana_community (https://www.instagram.com/fiksiana_community/) |Twitter FC @Fiksiana1 (https://twitter.com/Fiksiana1)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Belajar Bareng] Teknik Menghidupkan Dialog

27 Februari 2016   16:48 Diperbarui: 27 Februari 2016   20:51 1552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sini kami tampilkan beberapa hasil belajar kemarin;

 

 

Geng Bedebah - by; Sinna Hermanto.

Tak seperti tahun-tahun sebelumnya, Lebaran kali ini aku berkesempatan mudik setelah menjadi Bang Toyyib yang tidak pulang selama tiga kali Lebaran dan tiga kali puasa … eh, terbalik, tiga kali puasa dan tiga kali Lebaran. Memang, sih, setelah kontrak pertama selesai, aku segera menandatangani kontrak kedua dengan bos yang sama agar aku bisa mengajukan libur tahunan tepat di hari raya.

Tahniah... Tiga tahun berselang, jalan Makadam telah berubah aspal. Listrik sudah masuk desa. Anak-anak kemarin sore pun tumbuh menjadi "dedek-dedek gemes". Sarah salah satunya. Saat aku tinggal dulu, keponakanku itu masih suka berhujan-hujan dengan hanya memakai kaus singlet dan celana dalam, kini ia sudah berkerudung. Ngajinya sudah sampai Iqra 6.
Sembari menyusuri jalan baru sepulang salat id, aku menggoda kakak iparku, ibu Sarah, agar segera nambah momongan.

"Lah, kamu kapan nikah?"

Skak mat! Bumerang! Tau gini, aku tidak akan tanya. "Anak presiden aja jomblo. Apalagi aku, aku hanya butiran debu," jawabku.

Tuk. Sebuah jitakan mendarat. Itu ulah kakak tertuaku, ayah Sarah. "Ngusap ingus aja belum bersih. Masak anak-anak udah punya anak?"

"Nggak apa-apa kok, Mas. Aku bersedia dilangkahi Rizki asal pelangkahnya tiket pesawat PP ke Timbuktu," sela kakak keduaku, Ilham.

"Enak aja. Mas Ilham dulu, dong."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun