Di sini kami tampilkan beberapa hasil belajar kemarin;
Â
Â
Geng Bedebah - by; Sinna Hermanto.
Tak seperti tahun-tahun sebelumnya, Lebaran kali ini aku berkesempatan mudik setelah menjadi Bang Toyyib yang tidak pulang selama tiga kali Lebaran dan tiga kali puasa … eh, terbalik, tiga kali puasa dan tiga kali Lebaran. Memang, sih, setelah kontrak pertama selesai, aku segera menandatangani kontrak kedua dengan bos yang sama agar aku bisa mengajukan libur tahunan tepat di hari raya.
Tahniah... Tiga tahun berselang, jalan Makadam telah berubah aspal. Listrik sudah masuk desa. Anak-anak kemarin sore pun tumbuh menjadi "dedek-dedek gemes". Sarah salah satunya. Saat aku tinggal dulu, keponakanku itu masih suka berhujan-hujan dengan hanya memakai kaus singlet dan celana dalam, kini ia sudah berkerudung. Ngajinya sudah sampai Iqra 6.
Sembari menyusuri jalan baru sepulang salat id, aku menggoda kakak iparku, ibu Sarah, agar segera nambah momongan.
"Lah, kamu kapan nikah?"
Skak mat! Bumerang! Tau gini, aku tidak akan tanya. "Anak presiden aja jomblo. Apalagi aku, aku hanya butiran debu," jawabku.
Tuk. Sebuah jitakan mendarat. Itu ulah kakak tertuaku, ayah Sarah. "Ngusap ingus aja belum bersih. Masak anak-anak udah punya anak?"
"Nggak apa-apa kok, Mas. Aku bersedia dilangkahi Rizki asal pelangkahnya tiket pesawat PP ke Timbuktu," sela kakak keduaku, Ilham.
"Enak aja. Mas Ilham dulu, dong."