Suatu hari Sarwo datang ke rumah. Wajahnya murung. Kaya habis di suruh Emaknya bersihin kandang kambing. Tak ada senyum merekah dari bibirnya. Tiba-tiba saja duduk di bale tempat aku lagi bantu Emak nyiangin kangkung.
“Gua di tolak Fid.” Ia menggumam
“Hah?” ku kerlingkan mata kiri ke arahnya
“Gua di tolak ama Biyanci tadi pas di kali (sungai).” Wajahnya menunduk
“Waddduuhhh… ngga salah denger gua nih?” Ku condongkan bibir tepat ke wajahnya.
“Iyaa.. Gua di tolak mentah-mentah ama Biyanci. Di hadapan banyak orang. Padahal selama ini Gua selalu ada kan buat dia.” Diambilnya batang kayu kangkung lalu dikunyah tanpa ampun.
“Gilee Loe Wo. Emang gimana ceritanya ampe Loe ditolak? Berarti selama ini Loe...” Aku tak melanjutkan pertanyaan karena terputus oleh ucapannya.
“Gua udah datang pagi-pagi nemuin dia di kali. Berusaha nemenin berangkat dari rumahnya. Tapi ternyata…” Matanya menatapku. Lama banget. Aku jadi ga enak hati di tatap lama dengan Sarwo
“Loe kenapa ga bilang Gua dulu kalo Loe ternyataa….”
“Kenapa yaa Biyanci tiba-tiba gini?” Geleng-geleng Sarwo
Ku pegang pundak Sarwo. Kini aku yang menatap kedua matanya langsung. Aku ngga mau liat kesedihan terus merudung salah satu malaikat penjagaku ini.