Mohon tunggu...
F.A Taufiq
F.A Taufiq Mohon Tunggu... Konsultan - penulis karbitan

cuma manusia biasa yang diciptakan tuhan untuk jatuh cinta pada aksara dan sepakbola...

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Qatar2022 adalah Panggung Sempurna Argentina

19 Desember 2022   03:34 Diperbarui: 19 Desember 2022   06:53 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

120 menit dan penendang penalti kedelapan. Dalam riuh stadion Lusail, Argentina akhirnya mengakhiri penantian panjangnya selama 36 tahun untuk membawa pulang trofi Piala Dunia. 

Tendangan penalti Gonzalo Montiel ke pojok kanan gawang tak bisa dibendung penjaga gawang Perancis, Hugo Lloris. Ketegangan pecah. Pemain Argentina berlarian dalam luapan kegembiraan. Sang mega bintang, Leonel Messi, berlutut ditengah lapangan. Menangis bahagia dikelilingi berapa rekannya. Tunai sudah baginya penebusan mimpi buruk final 2014. Diusia 35 tahun dia melengkapi kepingan terakhir trofinya dengan sempurna.

Final Piala Dunia 2022 Qatar merupakan salah satu final terbaik yang pernah ada. Semua tersaji dengan lengkap dalam pertunjukan pamungkas ini. Parade gol, drama, adu strategi,  bahkan penyelamatan krusial. Kedua Tim bermain ngotot sejak menit awal untuk mengamankan kemenangan. Dan hanya perlu 23 menit bagi Argentina untuk membuka keunggulan.

Sang kapten Leonel Messi membuka skor lewat tendangan penalti setelah Angel Di Maria diganjal Ousmane Dembele di kotak terlarang. Berselang 13 menit kemudian Albiceleste menggandakan keunggulan. Tepatnya dimenit ke 36, giliran Di Maria yang mencatatkan nama di papan skor. Menerima umpan terobosan Alexis McAlister, Di Maria berlari tak terkawal disisi kanan pertahanan Perancis. 2-0 untuk Argentina hingga berakhirnya babak pertama.

Diawal babak kedua Perancis berinisiatif menekan. Perubahan taktik dilakukan Deschamps menjelang babak pertama usai dengan menarik Olivier Giroud dan Ousmane Dembele yang bermain buruk. 

Penggantinya, Marcus Thuram dan Randall Kolo Muani langsung memberikan impact dalam permainan Les Blues. Serangan Perancis di babak kedua jauh lebih mengalir dibandingkan babak pertama. Namun segala upaya pemain Perancis masih bisa dibendung dengan baik oleh bek-bek Argentina yang bermain sangat disiplin.

Disaat pertandingan akan mendekati akhir, Perancis akhirnya memperoleh hadiah penalti akibat Kolo Muani dijatuhkan Nicholas Otamendi. Kylian Mbappe menembak dengan sempurna untuk memperkecil ketertinggalan Perancis. 1-2. Argentina lengah. 

Berselang 1 menit kemudian drama benar-benar menemukan panggung nya. Berawal dari intercept yang dilakukan Kingsley Coman terhadap Messi, Perancis menyamakan skor. Bola lob Thuram dimanfaatkan Mbappe dengan tendangan first time indah ke sisi kiri kiper Martinez. 2-2! Pertandingan memanas. Jual beli serangan terjadi hingga waktu 90 menit plus injury time berakhir.

Di babak perpanjangan waktu Argentina mencoba menemukan kembali ritme nya. Puncaknya ketika di menit 108 Messi berhasil memanfaatkan bola rebound hasil tendangan Lautaro Martinez yang di blok Lloris. 

Argentina kembali memimpin 3-2. Disaat jutaan pasang mata menyangka pertandingan akan dimenangkan Argentina, Sepakbola sekali lagi menunjukan drama terbaiknya. Montiel tertangkap wasit melakukan handball di kotak penalti pada menit 118! Mbappe yang kembali menjadi algojo melengkapi penampilan sempurnanya hari ini dengan sebuah eksekusi dingin ke pojok kanan penjaga gawang. Hattrick!

Perancis bersemangat untuk berbalik unggul. Di detik terakhir mereka nyaris memenangkan pertandingan jika saja tendangan Kolo Muani tidak di blok secara gemilang oleh penjaga gawang Emilio Martinez. Sebuah penutup dramatis untuk pertandingan yang luar biasa.

Pada babak adu penalti, lagi lagi Emilio Martinez menunjukan kehebatannya dalam menahan tendangan 12 pas. Tendangan Coman berhasil ditepis. Sedangkan para penendang Argentina melakukan tugasnya dengan sempurna. 

Argentina pun diambang juara ketika tendangan Aurelien Tchouameni melebar. Dan pada akhirnya penendang keempat Argentina, Montiel, sukses melaksanakan tugasnya. Tangis haru pecah disana sini. Perlu 36 tahun sejak sang legenda Diego Maradona terakhir kali membawa pulang Piala Dunia dari Mexico 1986. Qatar 2022 adalah panggung yang sempurna untuk Argentina.

Malam ini Piala Dunia 2022 resmi berakhir. Meskipun banyak kontroversi yang mengiringi, Piala Dunia kali ini menyisakan banyak catatan positif. Terutama dari sisi permainan, jumlah gol dan drama yang tersaji di lapangan. Qatar 2022 menjadi ajang pembuktian bahwa sepakbola telah jauh berkembang di benua-benua lain selain Eropa. 

Kisah kuda hitam Jepang yang sukses membungkam dua raksasa Eropa, Jerman dan Spanyol. Arab Saudi yang mengejutkan dunia saat mengalahkan Argentina. Korea Selatan yang lolos dari lubang jarum setelah mengalahkan Portugal. Kamerun yang berhasil mengalahkan Brazil. Serta yang paling fenomenal, kisah dongeng Maroko yang membalikkan semua prediksi untuk menjadi Tim Afrika pertama yang berhasil tampil di semifinal Piala Dunia.

Lalu setelah sebulan penuh dihibur dengan atraksi terbaik dari pemain pemain kelas dunia, apa hal yang masih mengganjal dipikiran saya? Ya, tidak jauh jauh tentang Tim nasional kita. 

Bagaimana dengan Indonesia? Piala Dunia ini semakin menyadarkan saya bahwa sedemikian tingginya standar untuk bisa sekedar tampil di sana. Standar yang mungkin hingga berpuluh tahun kedepan belum tentu Tim nasional kita mampu memenuhinya. Benar-benar butuh kerja keras dan sinergitas dari PSSI dan pemerintah untuk bisa mengejar ketertinggalan kita dari negara-negara lain.

Saya jadi teringat bagaimana Maroko membangun sepakbolanya hingga bisa mencapai level tertinggi. Ada kerjasama dan kemauan kuat dari raja dan organisasi sepakbolanya untuk membangun infrastruktur terbaik yang dapat mendukung pengembangan bakat-bakat lokal. 

Akademi Mohammed VI merupakan investasi jangka panjang yang dilakukan pemerintah dan organisasi sepakbola Maroko yang akhirnya terbayar lewat penampilan apik mereka di Qatar 2022. Dan mereka butuh 12 tahun lamanya untuk menuai hasil dari kerja keras tersebut. 

Bisakah kita? Bisa! Asalkan orang-orang yang mengurusi sepakbola kita benar-benar mempunyai tujuan untuk memajukan sepakbola. Selama itu belum ada, Piala Dunia hanya akan menjadi cita cita yang tak akan ada habisnya.

Well, sampai jumpa di Piala Dunia 2026 Canada, USA dan Mexico!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun