Pada babak adu penalti, lagi lagi Emilio Martinez menunjukan kehebatannya dalam menahan tendangan 12 pas. Tendangan Coman berhasil ditepis. Sedangkan para penendang Argentina melakukan tugasnya dengan sempurna.Â
Argentina pun diambang juara ketika tendangan Aurelien Tchouameni melebar. Dan pada akhirnya penendang keempat Argentina, Montiel, sukses melaksanakan tugasnya. Tangis haru pecah disana sini. Perlu 36 tahun sejak sang legenda Diego Maradona terakhir kali membawa pulang Piala Dunia dari Mexico 1986. Qatar 2022 adalah panggung yang sempurna untuk Argentina.
Malam ini Piala Dunia 2022 resmi berakhir. Meskipun banyak kontroversi yang mengiringi, Piala Dunia kali ini menyisakan banyak catatan positif. Terutama dari sisi permainan, jumlah gol dan drama yang tersaji di lapangan. Qatar 2022 menjadi ajang pembuktian bahwa sepakbola telah jauh berkembang di benua-benua lain selain Eropa.Â
Kisah kuda hitam Jepang yang sukses membungkam dua raksasa Eropa, Jerman dan Spanyol. Arab Saudi yang mengejutkan dunia saat mengalahkan Argentina. Korea Selatan yang lolos dari lubang jarum setelah mengalahkan Portugal. Kamerun yang berhasil mengalahkan Brazil. Serta yang paling fenomenal, kisah dongeng Maroko yang membalikkan semua prediksi untuk menjadi Tim Afrika pertama yang berhasil tampil di semifinal Piala Dunia.
Lalu setelah sebulan penuh dihibur dengan atraksi terbaik dari pemain pemain kelas dunia, apa hal yang masih mengganjal dipikiran saya? Ya, tidak jauh jauh tentang Tim nasional kita.Â
Bagaimana dengan Indonesia? Piala Dunia ini semakin menyadarkan saya bahwa sedemikian tingginya standar untuk bisa sekedar tampil di sana. Standar yang mungkin hingga berpuluh tahun kedepan belum tentu Tim nasional kita mampu memenuhinya. Benar-benar butuh kerja keras dan sinergitas dari PSSI dan pemerintah untuk bisa mengejar ketertinggalan kita dari negara-negara lain.
Saya jadi teringat bagaimana Maroko membangun sepakbolanya hingga bisa mencapai level tertinggi. Ada kerjasama dan kemauan kuat dari raja dan organisasi sepakbolanya untuk membangun infrastruktur terbaik yang dapat mendukung pengembangan bakat-bakat lokal.Â
Akademi Mohammed VI merupakan investasi jangka panjang yang dilakukan pemerintah dan organisasi sepakbola Maroko yang akhirnya terbayar lewat penampilan apik mereka di Qatar 2022. Dan mereka butuh 12 tahun lamanya untuk menuai hasil dari kerja keras tersebut.Â
Bisakah kita? Bisa! Asalkan orang-orang yang mengurusi sepakbola kita benar-benar mempunyai tujuan untuk memajukan sepakbola. Selama itu belum ada, Piala Dunia hanya akan menjadi cita cita yang tak akan ada habisnya.
Well, sampai jumpa di Piala Dunia 2026 Canada, USA dan Mexico!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H