Mohon tunggu...
fikri syah
fikri syah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Menari Dengan Literasi

Pemerhati Ekonomi, Penulis, Penikmat Makanan Lezat dan Pembelajar Ilmu Pemberdayaan Diri. Mantan Pegawai Bank dan Finance. Saat ini sedang menuntut ilmu di Program Studi Ekonomi Syariah UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten. Menyukai seni musik dan sulap, khusus untuk sulap saya menyukai ilusi dan kecepatan tangan. Menulis bagi saya untuk meningkatkan sebuah kesadaran dalam berkehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Coba Terapkan Teknik Ini Agar Gen Z Tidak Mudah Terjebak Framing Media Sosial

16 November 2024   13:52 Diperbarui: 16 November 2024   19:05 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Misalnya, lihat teman yang lagi liburan tiap bulan. Sambil ngerenung, lu mikir, "Gue harus ikut liburan juga, nih." Eits, tunggu dulu. Jangan-jangan, temanmu itu habis nabung mati-matian, atau malah ngutang pinjol!. Alih-alih merasa insecure, coba ubah sudut pandang pikiran kita seperti ini: "Gue nggak liburan sekarang karena nabung buat investasi masa depan dan ada tanggung jawab yang harus diperjuangkan." Lihat? Perspektif berubah, lu jadi lebih adem dan keren secara mindset.

Contoh nyata datang dari Forum JUARA di Universitas Diponegoro (UNDIP). Di acara ini, para ahli bicara soal betapa rentannya Gen Z terhadap ilusi digital. Menurut Dian R. Sawitri, Guru Besar Psikologi UNDIP, banyak dari kita yang kecanduan media sosial dan terjebak dalam fenomena "wang sinawang" -- hidup orang lain kelihatan lebih indah, padahal itu cuma ilusi.

Aurora Ardina Fawwaz, seorang konselor kesehatan mental, juga menyoroti masalah standar tidak realistis yang sering dibuat media sosial. Dari fisik ideal sampai pencapaian hidup, semua ini bikin tekanan mental Gen Z makin berat. Kalau nggak hati-hati, kita bisa kehilangan arah karena terlalu fokus sama peta yang salah.

Media sosial itu ibarat GPS zaman modern: praktis, tapi nggak selalu akurat. Ingat, "The map is not the territory." Peta cuma alat bantu, bukan kebenaran absolut. Kalau ada satu pesan yang perlu Gen Z ingat, itu adalah: jangan biarkan peta orang lain menentukan langkahmu. Bikin peta mentalmu sendiri yang realistis, sehat, dan sesuai dengan tujuan hidupmu.

Akhir kata, dunia nyata itu jauh lebih kompleks daripada feed Instagram atau konten TikTok. Jadi, berhentilah mengejar ilusi, dan fokuslah memperbaiki "peta mental" yang benar-benar membawamu ke tujuan hidup sejati. Keep it real!.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun