Mohon tunggu...
fikri syah
fikri syah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Menari Dengan Literasi

Pemerhati Ekonomi, Penulis, Penikmat Makanan Lezat dan Pembelajar Ilmu Pemberdayaan Diri. Mantan Pegawai Bank dan Finance. Saat ini sedang menuntut ilmu di Program Studi Ekonomi Syariah UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten. Menyukai seni musik dan sulap, khusus untuk sulap saya menyukai ilusi dan kecepatan tangan. Menulis bagi saya untuk meningkatkan sebuah kesadaran dalam berkehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Berdamai dengan Kematian, Ketakutan yang Membayangi para Lansia

1 Juli 2024   18:00 Diperbarui: 2 Juli 2024   08:47 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI anak berperan mendampingi dan menciptakan suasana nyaman bagi orantua | Foto: Ensure Gold 

Jangan salah, Thanatophobia bukan hanya milik para lansia. Kita yang masih merasa muda juga bisa mengalaminya. Tingkat stres yang tinggi dan perasaan kesehatan yang menurun bisa menjadi pemicu. Overthinking, alias berpikir berlebihan, bisa membuat kita juga merasakan ketakutan yang sama. Oleh karena itu, penting bagi kita yang muda untuk sadar diri dan ingat akan kematian. Ini bukan untuk menakut-nakuti, tapi untuk menjaga sikap dan perilaku kita agar tidak seperti anak nakal yang tak kenal aturan.

Banyak dari kita terjebak dalam masa lalu karena penyesalan atau kesalahan yang tidak bisa diperbaiki atau diulang. Trauma masa lalu bisa bersemayam dalam pikiran kita hingga tua nanti. Intinya, kita harus sering merilis emosi negatif yang kita alami agar pikiran kita tidak overload. Bayangkan otak kita seperti tempat sampah. Jika tidak sering dibersihkan, sampah-sampah pikiran negatif akan menumpuk dan membuat pikiran kita kotor.

Thanatophobia, ketakutan berlebihan akan kematian, bukanlah hal yang bisa dianggap remeh. Ini adalah kondisi yang nyata dan bisa dialami oleh siapa saja. Yang perlu kita lakukan adalah menghadapi ketakutan ini dengan cara yang benar. Mendekatkan diri kepada Tuhan, merilis emosi negatif, dan mendapatkan dukungan dari keluarga adalah langkah-langkah penting untuk menghadapinya.

Saya teringat ibu saya. Di usianya yang semakin senja, beliau sering kali menunjukkan tanda-tanda ketakutan akan kematian. Tapi dengan dukungan dan perhatian, ibu saya perlahan-lahan bisa merasa lebih tenang. Saya yakin, dengan pendekatan yang tepat, kita bisa membantu orang-orang terdekat kita yang mengalami Thanatophobia untuk merasa lebih damai.

Thanatophobia mengajarkan kita banyak hal. Ketakutan akan kematian adalah bagian dari perjalanan hidup. Yang terpenting adalah bagaimana kita menghadapinya. 

Dengan dukungan keluarga, pendekatan spiritual, dan usaha untuk merilis emosi negatif, kita bisa membantu orang-orang terdekat kita (dan diri kita sendiri) untuk menghadapi ketakutan ini dengan lebih baik. 

Semoga kita semua diberikan kekuatan dan kesabaran dalam menghadapi ketakutan ini. Mari kita hadapi Thanatophobia dengan hati yang tenang dan pikiran yang jernih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun