Mohon tunggu...
fikri ramadhon
fikri ramadhon Mohon Tunggu... Penulis - aktivis bidang rebahan

mambaca untuk melawan, menulis untuk bertahan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Paradoks Penanganan Pandemi di Indonesia: antara Kegagalan atau Ketidakmauan

16 Agustus 2021   18:53 Diperbarui: 16 Agustus 2021   18:59 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: nasional.tempo.co

Bahkan negara-negara di eropa sudah mampu menggelar kompetesi sepakbola euro 2020 dengan dihadiri penonton di stadion. Lain hal untuk negeri kita Indonesia yang masih berkutat dengan istilah-istilah akronim baru dari hari ke hari yang maksud sebenarnya adalah karantina wilayah, namun lebih halus.

Kasus harian yang terus bertambah, fasilitas Kesehatan yang tidak memadai, rumah sakit penuh, Tenaga Kesehatan yang tak kunjung mendapatkan insentif, dan hal-hal lainnya yang menunjukkan buruknya penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia terus menjadi headline setidaknya dalam beberapa minggu terakhir. 

Indikasi jelas bahwa Indonesia masih jauh dari kata berhasil untuk menahan laju pandemi. Lantas apakah sebenarnya Indonesia sudah gagal dalam melawan pandemi, atau apakah ini bukanlah sekedar kegagalan akan tetapi lebih dari itu, ini adalah ‘Ketidakmauan’. Mengapa?

Karena Indonesia tidak mau mengganggap serius masalah pandemi di awal-awal kemunculannya. Selain karena pernyataan-pernyataan pejabat publik yang nyeleneh, masyarakat Indonesia juga cenderung menganggap remeh pandemi Covid-19 pada awal kemunculannya. 

Peneliti KontraS, Rivanlee Anandar menerangkan dalam tulisannya “Prediksi dari Universitas Harvard yang menyebutkan bahwa virus itu sudah sampai di Indonesia ditolak mentah-mentah, dan bukannya dijadikan landasan kebijakan Kesehatan publik yang kuat dan efektif untuk menghadapi virus ini. Sikap meremehkan dan cenderung anti sains ini sedikit banyak telah membuat pemerintah tergagap manakala virus ini benar-benar datang.”

Tidak ada upaya yang serius dari pemerintah untuk merespon wabah Covid-19. Bahkan alih-alih mengucurkan dana untuk membangun infrastruktur Kesehatan, pemerintah justru mengalokasikan dana yang tidak masuk akal untuk industri parawisata termasuk membayar influencer. Jelas ini adalah sebuah Langkah yang menyiratkan bahwa pemerintah hendak mengatakan ‘Jangan khawatir tentang pandemi, mari berwisata’ tentu ini adalah bentuk meremehkan kondisi pendemi atau bahkan lebih terkesan tidak peduli.

Karena Indonesia tidak mau menutup pintu masuk penularan virus. Pada awal pandemi Covid-19 terjadi tepatnya di daerah Wuhan, berberapa negara langsung sigap mengambil keputusan untuk memberlakukan kebijakan lockdown. Bahkan cina yang di duga menjadi asal virus, dilansir dari Bussines Insider melockdown 16 kota pada akhir januari. 

Pada puncaknya cina memberlakkan lockdown pada 20 provinsi dan wilayah menurut The Wall Street Journal. Negara lainnya seperti Selandia Baru, dilansir dari The Star Jacinda Ardern selaku perdana Menteri Selandia Baru melakukan penutupan perbatasan terluas dan terberat dari negara manapun di dunia.

Sedangkan Indonesia justru berencana mendatangkan 500 tenaga kerja asing (TKA) yang berasal dari cina, 156 diantaranya sudah tiba di bandara Haluoleo, provinsi Sulawesi Tenggara, selasa malam, 23 juni 2020. Sungguh kebijakan yang sangat kontradiksi dengan realita yang ada, bahwa Indonesia harus bersiap menghadapi situasi pandemi Covid-19 yang sudah mewabah di seluruh dunia. 

Dengan alasan apapun Tindakan pencegahan wabah adalah hal paling penting yang perlu diperhatikan pemerintah untuk menyelamatkan warganya. Seperti halnya yang dilakukan pemerintah negara lain. 

Pakar Epidemiolog Universitas Airlangga Windu Purnomo bahkan sudah meminta agar pemerintah menutup akses penerbangan luar negeri. Beliau berpesan agar pemerintah mengacu pada prosedur penanganan pandemi ketimbang berfokus pada pemulihan ekonomi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun