Ahli komunikasi Kenneth H. Cohn yang mengenalkan konsep ini mengungkapkan bahwa komunikasi efektif bisa tercipta jika pendengar menempatkan perhatian penuh pada pembicaraan. Seorang komunikan diminta untuk menjaga bahasa tubuh selama mendengarkan seperti tidak berbicara dengan orang lain, menjaga kontak mata pada level yang sama, dsb. Komunikan juga diminta melontarkan kalimat singkat yang menunjukkan ketertarikan pada komunikasi yang berlangsung.
2. Komunikan wajib melontarkan umpan balik atas pesan yang sudah diterima. Komunikasi efektif sukses bila komunikasi yang terjadi tidak hanya bersifat searah---ada umpan balik yang disampaikan komunikan.Â
Ada tata cara yang harus dilakukan selama komunikan menyampaikan pertanyaan, saran, atau kritik. Sebelum memberikan umpan balik, komunikan perlu menentukan informasi apa yang sudah diketahui pendengar lain atau sudah disampaikan oleh komunikator. Setelah mengetahui informasi yang belum ada, komunikan mengisi celah ini dengan umpan balik.Â
3. Komunikan perlu melakukan parafrase atau konfirmasi atas informasi yang didapat. Komunikasi efektif membutuhkan peran aktif komunikan selama proses komunikasi. Hal ini bisa dilakukan dengan melontarkan umpan balik.Â
Namun, sebelum memberi umpan balik, komunikan perlu mengulas informasi yang diterima secara ringkas dan padat. Dengan melakukan parafrase, komunikator mengetahui bahwa seorang komunikan terlibat penuh dalam proses komunikasi. Parafrase juga merupakan upaya komunikan untuk memastikan informasi yang diterima tepat dan tidak terdistorsi.
Â
Sumber :
https://www.gramedia.com/best-seller/berpikir-positif/
https://www.gramedia.com/literasi/komunikasi-efektif-dalam-kehidupan-bersosial/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H