Sosok Andi Sose ini merupakan seorang bangsawan Bugis dan geriliyawan seperjuangan Kahar Muzakar yang kemudian meninggalkanya dan menjadi petinggi militer pasukan angkatan darat yang bertugas di Tana Toraja.
Peristiwa 53 dan 58Â
Pada tahun1953 masyarakat melakukan revolusi petani. Disebabkan oleh masyarakat toraja tidak hanya melihat secara ekonomi-politik tapi dipahami sebagai mandat ilahi. Sehingga iniah yang menimbulkan konflik horizontal disisi lain dipengaruhi oleh wilayah luar Toraja.
Peran Andi Sose, yang secara tidak langsung, ikut menciptakan kondisi meletusnya revolusi tersebut. Pertama, Andi Sose sebagai pemimpin gerilyawan pada tahun 1950 mendukung pencalonan orang yang bukan bangsawan Toraja, C. Rongre yang bersimpati dengan kekuatan kiri di daerah, sebagai kepala daerah di Tana Toraja. Andi Sose juga tidak disukai kalangan elite dan masyarakat Toraja di pedalaman karena kerakusannya merampas harta kekayaan setempat. Faktor ketiga yang membuat Andi Sose kurang diterima adalah tingkah laku pasukannya terhadap masyarakat. Ketika diintegrasikan ke dalam APRI/ TNI pada tahun 1952, Andi Sose membawa tiga kompi pasukannya yang berjumlah 1.200 orang.
Penyerbuan terhadap Andi Sose dipimpin langsung oleh Frans Karangan. Serangan pertama pada hari Sabtu, tanggal 4 April 1953 itu berlangsung singkat, karena berhasil dihalau oleh pasukan Andi Sose. Setelah itu Frans menyusun kembali strategi untuk mengalahkan pasukan Andi Sose.
Maka terjadi pertempuran yang terjadi pada hari Sabtu, 11 April 1953, pertempuran berlangsung selama kurang lebih empat jam dan berakhir dengan keberhasilan Frans Karangan dan pasukan Diponegoro menduduki Kota Makale. Untuk sementara waktu, Andi Sose berhasil diusir dari Tana Toraja.
Pada tahun 1958 terjadi hal yang sama namun, pada tahun 1958 Meluasnya DI/TII dan lahirnya Permesta menjadi pukulan berat bagi pemerintah pusat yang memutuskan reorganisasi pasukannya di Sulawesi guna mengatasi krisis di Sulawesi. Batalion 511 Brawijaya yang bertugas di Sulawesi Tengah dipindahtugaskan ke Minahasa pada awal 1958 untuk memadamkan 'pemberontakan' Permesta yang terjadi di sana.
Sosok Andi Sose muncul kembali sebagai pemeran di wilayah Toraja, karena dalam Resimen ini Andi Sose bertugas sebagai kepala staf sejak tanggal 24 Februari 1958.
Frans Karangan telah dapat dukungan dari Jendral A. H. Nasution yang mengirim sebuah perintah rahasia dari KSAD untuk membentuk satu unit pasukan di Tana Toraja. Langkah Nasution ini dilihat sebagai upaya untuk memperkecil ruang gerak Andi Sose yang diduga masih berhubungan dan bekerja sama dengan Kahar Muzakkar, terutama dalam kegiatan penyelundupan kopra dan senjata.
Sumber:
Sita van B., Remco R., Antara Daerah Dan Negara: Indonesia Tahun 1950-an, Edisi pertama: 2011 KITLV Jakarta