Mohon tunggu...
Fikri Maulana
Fikri Maulana Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Fikri Maulana, Mahasiswa UIN Antasari Banjarmasin angkatan 2018

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Urgensi Logika terhadap Cinta

10 November 2020   11:10 Diperbarui: 10 November 2020   11:29 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Berbicara tentang cinta, kebanyakan orang menganggap cinta adalah sepenuhnya dari perasaan terhadap seseorang yang disukai. Padahal cinta tak akan bisa berdiri sendiri dalam kehidupan.

Akan tetapi, dalam hal kehidupan nyata cinta sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti ekonomi, sosial, agama, umur, pandangan hidup, dan lain sebagainya.

Hakikat sebuah cinta menurut Rabi'ah Al-Adawiyah, "Cinta adalah ungkapan kerinduan dan gambaran perasaan yang terdalam. Siapa yang merasakannya, niscaya akan mengenalinya. Namun, siapa yang mencoba untuk menyifatinya, pasti akan gagal. "

Pada era millenial, cinta terhadap sesuatu atau seseorang selain harus mengungkapkan perasaan, juga harus didukung oleh logika atau akal yang sehat.

Apabila kita merasa cinta kepada seseorang dari lawan jenis. Hal itu sebenarnya diperbolehkan saja apabila kita menyukai seseorang, karena semua itu bagian dari anugerah. Tetapi cinta hendaknya dibarengi oleh logika atau akal sehat, agar tidak melampaui batas.

Disini cinta memiliki batasan-batasan yang dapat dikekang, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam dunia nyata. Jadi, cinta selain dibutuhkannya modal perasaan juga perlu ditambahkan logika agar dapat berkembang dan bertahan.

Semua itu dikarenakan cinta tidak hanya memerlukan bibit, akan tetapi memerlukan pupuk sebagai makanan yang membuatnya berkembang dan tumbuh subur.

Pada sepengetahuan kita, pria lebih diidentikkan dengan logika dan wanita lebih diidentikkan dengan perasaan.

Mengapa demikian? Sebab pria lebih condong kepada logika nya, dan dalam memecahkan masalah ataupun mengambil keputusan berdasarkan logika. Selain itu, logika dilihat lebih simpel dan rasional.

Hal itu justru berbanding terbalik dengan perempuan, yang mana lebih mengutamakan atau mengedepankan perasaan ketimbang logika. Untuk hal ini tergantung kepada wanita tersebut dari segi pemahaman dan tempat dia berada.

Identitas wanita yang mana memecahkan masalah dengan perasaan bisa berubah, apabila orang tersebut dibesarkan pada sekitaran keluarga yang lebih dominan pria yang lebih menggunakan logika mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun