***
Terlintas dalam pikiran kok bisa Jalan Lintas Sumatera yang telah lama ada dan selama ini menjadi urat nadi masyarakat serta dizaman digitalisasi saat ini justru mengalami kerusakan yang parah. Parah sekali malah.
Melihat ini, rasanya di Lubai dan Lubai Ulu saja ada sekitar 7 (tujuh) orang wakil rakyat untuk menyalurkan aspirasi di DPRD Muara Enim. Semuanya seperti tidak berdaya atau memang kurang atau bahkan tidak peduli. Bahkan kabarnya Ketua DPRD dan salah satu Wakil Ketua DPRD Muara Enim berasal dari DAPIL ini.
Teranyar jalanan ini juga digunakan oleh para Bupati terutama di Tiga Kabupaten ke arah Ogan Komering Ulu bila ingin ke Palembang. Dan Pak Bupati, terkhusus Bupati Muara Enim sepertinya juga tidak berdaya, karena mungkin Beliau beralasan jalanan itu berstatus “jalan negara”. Pertanyaannya “...negara mana...?”, kan jalanan ini bukan di Papua Nugini sana kata teman sebelah, itu kan jalan di daerah Lubai dan Lubai Ulu.
Gubernur Alex Noerdin yang sangat banyak mendatangkan proyek mercusuar seperti Sea Games dan Sekarang Asian Games serta sedang berusaha membangun Provinsi Sumsel lebih maju dan terdepan katanya. Pembangunan seperti LRT dan lain-lain yang sepertinya hanya dirasakan manfaatnya diseputaran Kota Palembang, akibatnya terkesan membiarkan dan mengabaikan pembangunan terutama pembangunan fisik di daerah lain (Kabupaten/Kota).
Sejarah mencatat bahwa waktu Ir. H. Syahrial Oesman jadi Gubernur Sumatera Selatan seluruh jalanan Sumatera Selatan hampir tidak ada yang rusak dan jalanan yang melintas di antara Prabumulih – Baturaja merupakan jalanan terbaik yang pernah ada. Tikungan sempit diperlebar, tikungan yang tajam diluruskan dan seterusnya.
Tapi apa yang terjadi sejak Pak Alex jadi Gubernur sejak 8 tahun yang lalu....?mobil-mobil batubara ber-tonage berat dan berbadan besar melintas dengan berfoya-foya dijalanan. Mobil log kayu dengan kapasitas yang bukan main berbondong-bondong dengan gagahnya dijalanan Sumatera Selatan. Saat ini bahkan lebih parah lagi, kalau dulu mobil tersebut melintas dari pukul 18.00 WIB s. Pukul 06.00 WIB (malam hari) sekarang semuanya bebas. Sementara jalanan jarang sekali diperbaiki.
Pun sama dengan Presiden Jokowi. Saat ini tidak banyak yang bisa diharapkan. Beliau sangat sibuk mengurus tetek bengek yang terkadang tidak perlu. Hal ini semakin membenarkan statement Bu Mega bahwa Jokowi adalah petugas partai.
Akibatnya, Pembangunan menjadi terlantar terutama infrastruktur jalan. Dimana-mana saat ini hampir semua jalanan di provinsi terkaya kelima di nusantara ini Sumatera Selatan menjadi rusak parah dan hancur lebur seperti bubur. Kalau pun ada pembangunan dan pemeliharaan jalan hanya tambal sulam saja dan tidak sebanding dengan kerusakannnya.