Mohon tunggu...
fikrijamil
fikrijamil Mohon Tunggu... Administrasi - Wong Dusun Tinggal di Kampung

Menulis Untuk Menjejak Hidup

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Full Day School Bukan Momok

11 Agustus 2016   09:50 Diperbarui: 11 Agustus 2016   10:09 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kedua anak ini sudah terbiasa menjalani Full Day School di salah satu SDIT Prabumulih. Foto Pribadi

Sertifikasi tidak boleh setengah hati. Peningkatan kompetensi para guru menjadi harga mati yang tidak boleh ditawar sedikit pun. Pembaharuan pengetahuan menjadi tanggung jawab pemerintah untuk sekolah negeri dan para pengelola yayasan serta pemerintah untuk sekolah swasta. Jangan dibiarkan guru berjuang sendiri. Tidak boleh lagi juga para guru berfikiran untuk menjadi pejabat struktural. Artinya kenyamanan dan keterjaminan serta keberlangsungan akan pengembangan jenjang karir para guru harus menjadi perhatian dari para stakeholder pendidikan dasar.

MURID SEBAGAI SUBJEK PELAKU

Murid dipendidikan dasar sering kali meng-copy faste akan apa yang dilihatnya dari para guru mereka. Mereka pulang kerumah sering kali bertentangan dan berkonlfik dengan orang tuanya karena memfigurkan secara kuat seorang guru. Orang tua sering kali kesulitan dalam mengendalikan perilaku anaknya dibandingkan dengan gurunya.

Itulah hukum alamnya karena para murid di pendidikan dasar dan menengah dengan usianya yang sedang mencari model panutan tentu akan menjadikan guru sebagai pelaku utama dalam kehidupannya untuk dipatuhi dan sekaligus menjadi role model. Karena itu sudah sepatutnya lah guru harus mampu menjadi orang yang bisa digugu dan ditiru. Artinya, sang guru harus memiliki makna yang ideal di mata para muridnya.

Selama ini kita selalu memposisikan para murid sebagai objek yang harus diajar. Mindset bahwa para murid adalah orang yang harus terus-menerus dicekoki dengan “tambah-kurang-bagi-kali” yang menjadi kebutuhan wajib dalam proses belajar-mengajar harus ditambah dengan pemahaman bahwa seorang murid di pendidikan dasar adalah mereka yang berada di usia emas (golden priod) yang sangat bisa dibentuk untuk menjadi seorang calon pemimpin bangsa yang berkarakter.

Melibatkan mereka secara aktif baik fisik maupun fikiran akan sangat menguras energi mereka yang besar dalam proses pendidikan dan pengajaran. Selipan dalam pola permainan anak tradisional yang mulai hilang dan luntur pada saat diberlakukannya full day school sangat mungkin menjadi pilihan.

Si anak bukan lah robot dan mereka juga bukan tempatnya para orang tua untuk berharap agar mereka bisa menjadi juara kelas. Tuntutan orang tua yang berlebihan terasa akan sangat menyiksa anak-anak diusia pendidikan dasar. Kebutuhan mereka akan dunianya tentu harus dipenuhi oleh sekolah dalam melibatkan mereka secara aktif sebagai subjek pelaku terhadap proses belajar-mengajar disekolah dan akan memberikan rasa serta pengalaman berharga bagi mereka kelak.

SARANA DAN PRASARANA PENDUKUNG

Seringkali pemaksaan terhadap suatu program menjadi gagal oleh hal-hal yang dianggap remeh-temeh. Seharian penuh disekolah tidak hanya membuat anak menjadi jenuh, tetapi juga akan membuat guru menjadi lebih pusing.

Anak-anak membutuhkan tidak hanya ruangan kelas yang bersih dan tertata rapi tetapi juga membutuhkan arena bermain yang baik dan safety. Perlu dipikirkan rasio (perbandingan) guru dan murid harus dikaji ulang. Guru mengawasi sedikit murid dengan waktu yang panjang tentu memiliki korelasi yang linier dan lebih baik dibandingkan bila harus mengawasi anak yang terlalu banyak dalam waktu yang lama.

Kondisi tempat beribadah serta kamar mandi dan WC (toilet) juga harus baik. Kebutuhan akan pembelajaran tambahan yang biasa disebut orang tua dengan “Less tambahan” seperti pengajian dan kursus-kursus seperti bahasa inggris juga harus menjadi perhatian pihak sekolah dan harus dihadirkan kesekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun