Mohon tunggu...
fikrijamil
fikrijamil Mohon Tunggu... Administrasi - Wong Dusun Tinggal di Kampung

Menulis Untuk Menjejak Hidup

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Republik Palsu

29 Juli 2016   08:32 Diperbarui: 29 Juli 2016   08:50 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penuh Kepalsuan. Sumber : diolah dan dicrop dari berbagai sumber.

By. Fikri jamil lubay

Masih ingat dengan republik mimpi....? yang acaranya sempat sangat ngetop dan populer kurang lebih 5 (lima) – 10 (sepuluh) tahun silam. Acara yang digawangi banyak tokoh nge-top dan nge-pop seperti ahli komunikasi Effendi Gazali, Ucup Kelik-Jarwo Kwat, Mega-Karti, Gus Pur dan lain-lain yang bertugas mem-parodikan rangkaian kehidupan bernegara yang kocak, guyonis, “keliru” dan lain-lain.

Parodi republik mimpi sering kali menyajikan sebuah fakta yang dikemas parodi imajinatif dalam suatu “mimpi” yang sesungguhnya nyata adanya.  Bahasa “mimpi” yang menjadikannya seperti energi palsu seringkali menjadi bahan “caci maki” yang “bermartabat”. Buktinya sang “tokoh palsu” sering sekali diundang secara “resmi” dan dicari oleh “tokoh asli”-nya.

Itu yang terjadi di “Republik Mimpi”...? nah...bagaimana ceritanya kalau semua itu betul-betul terjadi di “Republik Palsu”...? maka semua kepalsuan itu akan menjadi masalah. Karena ternyata “mimpi” dan “palsu” itu sangat lah berbeda.

Dua sisi mata uang antara “mimpi” dan “palsu” seringkali dijadikan senjata. Namun sadarkan kita bahwa kalo kita bisa bermimpi mau juga juga di-palsu-in...?

Kalo Republik Mimpi mengambil sebuah model negara mimpi, maka sepertinya kita tidak bisa demikian memandang “Republik Palsu”. Boleh kah juga kita langsung menunjuk hidung bahwa “republik palsu” itu adalah Republik Indonesia tempat kita berdiam diri saat ini....?

Ekstrimis, tidak nasionalis, hujatan dan seterusnya, dan seterusnya harus siap diterima di “negeri kompasiana” negerinya para kompasianer. Namun sepertinya para kompasianer jangan marah dulu... coba lihat apa yang tidak bisa dipalsukan di negeri ini...?

Ijazah palsu yang berujung dengan gelar palsu bahkan tidak hanya terjadi dengan tamatan dalam negeri saja tetapi juga terjadi dengan “tamatan” yang tidak tamat di luar negeri. Seperti kejadian yang baru terjadi dan menimpa salah satu oknum lulusan universitas terkenal di Kota Malang Jawa Timur. Kalau sudah ijazah palsu, gelar palsu, pekerjaan dan efek domino selanjutnya jangan dikatakan lagi sudah barang tentu “palsu”.

Salah satu yang bisa disimak yaitu berita pada tanggal 22 Nopember 2015, liputan6.com. Berita itu menyebutkan bahwa tidak hanya ijazah palsu tetapi juga surat nikah palsu pun ditemukan dipasar pramuka Jakarta

Saat ini Polisi sedang sering mengungkap keberadaan dan peredaran “Uang Palsu” bahkan melibatkan oknum aparat. Peredaran “uang palsu” di bumi pertiwi ini semakin hari semakin mengkhawatrikan terutama menjelang proses pemilihan kepala daerah. Money politics menjadi tontonan dan tuntunan gratis yang manipulatif untuk memilih calon kepala daerah. Hasil akhirnya adalah akan mengakibatkan kepala daerah terpilih yang palsu juga. Kepala daerah terpilih menjalankan kebijakan yang palsu dan rakyat pun jadi tertipu gegara “uang palsu”.

Tanggal 10 Juni 2016, okezone.com kembali  melaporkan bahwa BI telah mengamankan 1.143 lembar uang palsu. Dan, pada tanggal 4 Juni 2016, yang lalu harian terbit juga melaporkan sebuah berita yang bertajuk “waspada peredaran uang palsu meningkat”.

Si Ujang dari Ujung Kulon suatu hari mampir kerumah untuk pamit sebentar pergi ke Luar Negeri (caile...Jang..wong susah kok banyak rasan..). Kata si Ujang disana dia mau jalan-jalan sekaligus mencari “istri palsu”. Katanya disana “istri palsu” sudah dipajang dan dijual diblok-blok tertentu. Wah... akhirnya saya bilang,”...Jang ndak usah jauh-jauh ke Luar Negeri, karena itu adalah “boneka yang benar-benar palsu”. Wong dikita banyak kok stok “istri palsu” tapi benaran manusia bukan boneka... akhirnya si Ujang membatalkan keberangkatannya walaupun sambil menggerutu...”kalau istrinya palsu...terus anaknya piye... palsu juga toch...!!!”...

Nah...yang ini yang bahaya yang lagi nge-trend, VAKSIN PALSU...?

Bicara vaksin palsu... ini mengingkari sebuah lagu lama yang berjudul “aku anak sehat” yang berbunyi...

Aku anak sehat
 Tubuhku kuat
 Karena ibuku
 Rajin dan cermat

Semasa aku bayi
 Selalu di beri asi
 Makanan bergizi
 Danimunisasi

Berat badanku ditimbang selalu
 Pos Yandu menunggu setiap waktu

Bila aku diare
 Ibu selalu waspada
 Pertolongan oralit
Selalu siap sedia

“Mereka” benar-benar penuh kepalsuan, menipu para ibu-ibu yang sudah bersusah payah dan waspada dengan membawa anaknya untuk diimunisasi tidak hanya ke Posyandu tetapi ke rumah sakit dan klinik yang berlabel bermutu. Surga dibawah telapak kaki ibu..., eit... ati-ati...mereka nanti mendapatkan surga palsu yang didalamnya terdapat banyak palu karena vaksin palsu...

Lebih mengenaskan lagi, ternyata salah satu tersangka vaksin palsu sempat menyuntikkan vaksin palsunya kepada anak dan cucunya sendiri... “Dokter spesialis anak dari Rumah Sakit Harapan Bunda, Indra Sugiarno, mengakui vaksin yang diduga palsu itu tak cuma diberikan kepada pasiennya. “Dia juga menyuntikkan vaksin itu ke anak dan cucunya,” kata pengacara Indra Fahmi M. Rajab saat dihubungi Tempo, Minggu, 17 Juli 2016.”....benar-benar Kakek dan  Ayah yang luar binasa...sebagaimana dikutip dari berita yang disampaikan oleh tempo.co pada tanggal 18 Juli 2016.

Setelah itu apakah dunia kesehatan sudah cukup digoyang dengan dengan vaksin palsu...?, Ternyata belum... tanggal 25 Juli 2016 kemarin publik kembali dihenyakkan dengan beredarnya kartu BPJS Palsu di Kabupaten Bandung Jawa Barat...(kompas.com, 25 Juli 2016). Tepatnya, Kartu BPJS palsu itu ditemukan dari seorang warga yang hendak berobat di Rumah Sakit Cibabat, Cimahi, Kamis lalu (21 Juli 2016).

Negeri ini sudah menjadi “Negeri Palsu”, “Republik Palsu”, semuanya sudah diisi dengan kepalsuan. Makanan dan minuman bercampur dengan lilin dan formalin, hakim tukang ketok palu juga mulai palsu, KPK pun tidak jarang ketangkap yang palsu... polisi dan tentara pun tidak jarang ditemukan yang palsu (gadungan).

Apa yang tersisa dari negeri ini Ujang...? selain “kepalsuan”...benar-benar ini “Republik Palsu”.

Salam dari Prabumulih, kota yang insya allah dan semoga tidak palsu...

Referensi :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun