Mohon tunggu...
fikrijamil
fikrijamil Mohon Tunggu... Administrasi - Wong Dusun Tinggal di Kampung

Menulis Untuk Menjejak Hidup

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menggugat Nurani Susno Duadji

14 Juni 2016   14:01 Diperbarui: 14 Juni 2016   14:13 1199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketiga tulisan itu menceritakan bagaimana akibatnya bila sebuah Kota kecil seperti Kota Prabumulih yang memiliki kandungan batubara yang banyak kalau diekploitasi. Sekaligus pada tulisan itu juga diceritakan Kota Prabumulih yang membangun Jalan Lingkar Timur yang seperti digambarkan oleh Susno Duadji dilamannya. Bapak juga tidak perlu bertanya dan meragukan keseriusan Pemerintah Kota Prabumulih membangun Kotanya.

Yang perlu Bapak Susno Duadji ingat bahwa “jalan lingkar timur Kota Prabumulih itu bukan dibangun oleh pengusaha batubara dan yang punya angkutan log kayu”.

Jalan Lingkar Timur itu dibangun dengan susah payah menggunakan APBD Kota Prabumulih dan sebelum dilewati angkutan batubara dan log kayu, jalan lingkar timur itu merupakan jalan primadona rakyat yang sangat mulus.

Kondisi Jalan Lingkar Timur Sebelum dan setelah dilewati angkutan batubara dan log kayu. Foto Pribadi
Kondisi Jalan Lingkar Timur Sebelum dan setelah dilewati angkutan batubara dan log kayu. Foto Pribadi
Saat ini setelah berubah status menjadi jalan negara dan jalan itu menjadi “jalan bebas hambatan” untuk angkutan bertonase besar (berat) seperti angkutan batubara dan log kayu, maka jalan tersebut tidak bisa lagi dilewati oleh masyarakat karena kondisinya hancur lebur.

Angkutan Yang melewati Jalan Lingkar Timur Kota Prabumulih. Mei 2016. Foto Pribadi
Angkutan Yang melewati Jalan Lingkar Timur Kota Prabumulih. Mei 2016. Foto Pribadi
Masyarakat sekitar Kota Prabumulih (termasuk dari Kabupaten tetangga) tidak bisa lagi menggunakan jalan lingkar timur itu yang senyatanya dirusak oleh angkutan batubara dan log kayu.

Karena itu Pak Susno Duadji, penulis mau bertanya... :

  1. Apakah Bapak juga bertanya kepada para sopir itu dimana nuraninya saat merusak jalan lingkar timur...?
  2. Apakah Bapak memiliki data bahwa batubara menggerakkan perekonomian masyarakat? Kalau iya apakah batubara lebih banyak manfaatnya dibanding mudorratnya..?
  3. Apakah Bapak pernah membuka atau membaca koran, berapa banyak korban manusia yang berjatuhan karena angkutan batubara dan log kayu yang ugal-ugalan...?
  4. Terpikirkan juga tidak didalam nurani Bapak para keluarga korban kecelakaan akibat angkutan batubara yang dtinggalkan oleh orang yang dicintai mereka...?

Prabumulih hanya kebagian debu berpenyakit dan berbahan batubara yang beterbangan kalau musim kemarau dan kerusakan jalan yang parah dimusim hujan. Macet parah dijalan lingkar tidak usah ditanya lagi.

Fakta lain adalah ternyata eksploitasi batubara terbukti tidak linier dalam menyejahterakan masyarakat, terutama dalam jangka waktu yang panjang. Khususnya masyarakat terdampak di Sumatera Selatan akibat adanya tambang batubara.

Hal ini bisa dilihat dari angka kemiskinan didaerah tersebut. Justru angka kemiskinan didaerah (kabupaten) tersebut semakin tahun semakin meningkat dan mereka menjadi penyumbang sulit turunnya angka kemiskinan di Provinsi Sumatera Selatan.

Disalah satu kabupaten di Sumatera Selatan yang sangat gencar mengeksploitasi batubara saat ini (data BPS terakhir tahun 2014) bahkan menduduki peringkat tertinggi (pertama) prosentase angka kemiskinannya di Sumatera Selatan (Kabupatennya tidak usah disebutkan) sebesar 18,02 % dibandingkan dengan kemiskinan Provinsi Sumatera Selatan sebesar 13,32 %.

Bandingkan dengan Kota Prabumulih yang hanya 10,86% yang tidak mengeksloitasi batubara. Masyarakat terdampak sering sekali gembira karena lahannya yang berisi tanaman karet dan lainnya terkena lokasi tambang batubara dengan ganti rugi yang mereka anggap besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun