Mohon tunggu...
fikrijamil
fikrijamil Mohon Tunggu... Administrasi - Wong Dusun Tinggal di Kampung

Menulis Untuk Menjejak Hidup

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

(Legenda) Misteri Hantu Belanda di Kebun Lekan

10 Mei 2016   10:16 Diperbarui: 10 Mei 2016   10:24 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

gerbang desa Gunung Raja Lubai. Dokpri

Oleh : Fikri Jamil Lubay

Desa Gunung Raja lubai adalah sebuah desa di Kecamatan Lubai  (dahulu Kecamatan Rambang Lubay). Desa ini terletak di Kabupaten Kuara Enim, namun jaraknya cukup jauh dari Ibukota Kabupaten Muara Enim Sumatera Selatan. Desa ini lebih dekat ke Kota Prabumulih, bahkan juga terasa lebih dekat ke Ibukota Provinsi Sumatera Selatan di Palembang. Desa Gunung Raja Lubai yang sejuk nan asri menyimpan banyak keangan dan kehangatan serta menyimpan juga banyak cerita rakyat yang cukup melegenda. Alamnya yang masih cukup bebas, membentang di apit oleh perkebunan karet milik rakyat dan perkebunan sawit milik berbagai perusahaan seperti PT. Bumi Sawit Permai.

Disisi Barat dari Desa ini dialiri oleh sebuah sungai yang menjadi urat nadi kehidupan masyarakatnya. Sungai itu bernama sungai lubai (Lubai River). Sungai Lubai memiliki banyak anak sungai seperti sungai Maong, Terusan Dehas, Talang Buluh, Spape, Manggak, Lubay Ngaleh dan lain-lain. Dan yang menarik dari sungai ini adalah naik turunnya air sungai mengikuti pergeseran musim. Bila musim kemarau maka airnya hampir kering dan beberapa bagian sungai nampak terputus. Pada saat itu, warga Desa Gunung Raja Lubai akan turun ke sungai untuk mencari ikan dengan berbagai macam cara,  baik tradisional dengan memancing, menjaring maupun menggunakan cara lainnya.

Sedangkan, pada saat musim hujan seperti sekarang, yang terjadi adalah Sungai Lubai akan meluap dan menyebabkan banjir (rawang-red) diseputaran sungai yang telah menjadi nafas warga untuk bercocok tanam. Musim banjir disungai Lubai ini secara garis besar biasanya terjadi sebanyak empat kali dalam setahun, dengan rincian yaitu : banjir diawal musim hujan (bulan nopember), banjir waktu panen padi (bulan Maret), banjir menghanyutkan jerami (bulan April) dan banjir di akhir musim penghujan (Bulan Mei).

Karena rutinitas banjir yang sudah biasa dan hampir selalu sesuai dengan yang diperkirakan, maka kebiasaan warga sekitar juga mengikuti kebiasaan yang terjadi disungai itu, termasuk kebiasaan untuk mencari ikan.

***

Sore itu seperti biasa kami berdua berjalan beriringan dengan seorang lelaki yang sudah cukup berumur. Hujan gerimis yang mengikuti langkah kami keluar dari salah satu anak sungai Lubai yaitu Sungai Talang Buluh. Banyaknya ikan yang terkena jaring (pukat) menyebabkan kami waktu itu tidak bisa mengambil ikan satu per satu tapi untuk memudahkannya dengan cara menggulung jaring (pukat) itu satu per satu dan memasukkannya ke dalam wadah yang terbuat dari anyaman bambu yang di desa kami disebut dengan “behunang”. Waktu pun hampir menunjukkan waktu maghrib. Ingat betul waktu itu adalah di akhir bulan Maret Tahun 1985 atau hampir 31 tahun yang lalu.

Lelaki yang berjalan bersama saya itu adalah lelaki gagah yang cukup disegani didesa kami. Badannya kecil namun kekar. Dialah yang dikenal dengan Wak Yaseh. Beliau merupakan suami dari Kakak Perempuan orang tua saya. Disepanjang perjalanan yang gerimis itu kami menyeberangi sebuah jembatan kecil membentang diatas sungai yang terbuat dari sebatang kayu dengan pegangan yang terbuat dari bambu. Jembatan itu hampir ditenggelamkan oleh sungai yang sedang meluap.

Sepanjang perjalanan pulang itu kami harus menelusuri beberapa kebun penduduk. Semua kebun yang kami lewati itu seluruhnya digenangi oleh air sungai. Rerata tinggi air hampir sepinggang orang dewasa. Dan untuk saya sendiri waktu, air rata-rata mencapai leher bahkan dibeberapa bagian harus berenang.

****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun