Mohon tunggu...
fikrijamil
fikrijamil Mohon Tunggu... Administrasi - Wong Dusun Tinggal di Kampung

Menulis Untuk Menjejak Hidup

Selanjutnya

Tutup

Politik

“Esemka” Kendaraan Jokowi Menuju Jakarta, Apa Kabar Mu?

16 Maret 2016   14:34 Diperbarui: 16 Maret 2016   14:44 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="ANTARA/Andika Betha"][/caption]

By. Fikri Jamil lubay

Masih ada yang ingat dengan Mobil Esemka? Atau sudah ada yang punya mobil itu...? berapa banyak produksinya dan siapa saja yang mengendarainya? Apa keluhannya? Ada yang sudah melihatnya melintas di jalanan Ibukota Jakarta atau masih di tempat asalnya Solo sana..?

Ah... terlalu jauh dan banyak sekali pertanyaan yang terus menggelitik itu... Mobil  Esemka yang sempat digadang-gadang akan menjadi branded handal mobil nasional begitu menggema ketika Walikota Solo saat itu Jokowi bertarung untuk menundukkan Jakarta yang di kuasai incumbent populer di survey Bung Foke orang Betawi Asli.

Tergelitik dengan beragam pertanyaan itu karena hari Kamis dua minggu yang lalu, tepatnya pada tanggal 3 Maret 2016, Presiden Jokowi mengunjungi Palembang Sumatera Selatan untuk melihat kesiapan dan progress jalan tol Palindra (Palembang-Indralaya) dan moda transportasi massal kereta api ringan (LRT) yang melintasi wilayah Palembang Sumatera Selatan yang kebetulan saat itu Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin yang sangat bernyali itu ikut bertarung bersama Jokowi dan “kalah” di Jakarta.

Jokowi yang berasal dari daerah menggandeng Ahok (Basuki Tjaha Purnama) yang menjadi penantang amat serius bagi incumbent Fokke. Tidak satu pun hasil survey dari beberapa lembaga survey,  baik popularitas maupun elektabilitas yang berpihak kepada Jokowi walaupun saat itu Jokowi sesungguhnya sudah menjadi “media darling” dengan gayanya yang khas njawani. 

Jokowi  tidak perlu berkeringat banyak untuk terpilih dan menjadi Walikota Solo di periode yang kedua karena teori blusukannya menjadikannya ampuh diangkat secara masif oleh media nasional yang kebetulan sudah eneg dengan tokoh itu-itu saja di Jakarta. Keterlibatan media menjadikan Jokowi sebagai media darling itulah yang konon menjadikan Jokowi “bisa” kalau tidak mau dikatakan “mudah” menaklukkan Jakarta. Intinya “Jokowi” dihadirkan oleh media ke Jakarta bersamaan dengan kendaraannya mobil esemka.

Kita tidak pernah lupa dengan Jokowi, namun kita telah melupakan kendaraan ESEMKA yang sangat ngetrend saat itu mengiringi meningkatnya citra politik Calon Gubernur Jakarta. Semua orang digiring untuk menggilai mobil esemka dari sebelumnya yang berasal dari negeri “antah berantah” menuju JAKARTA bersama Jokowi. Semuanya digiring harus menyebut mobil esemka sebagai mobil nasional masa depan. Beberapa elemen dan tokoh masyarakat dibawa untuk mencoba kehandalan mobil tersebut dan Jokowi yang pada saat itu masih menjadi Walikota Solo menjadikan mobil itu sebagai kendaraan dinasnya bersama Wakil Walikotanya yang sekarang menjadi Walikota Solo paska Jokowi. Mobil Esemka pun harus diakui sudah berhasil menjadi “kendaraan” dan sekaligus menghantarkan penumpangnya Jokowi menjadi orang nomor satu di Jakarta.

Oke... Sekarang hebatnya Jokowi tidak lagi menjadi Gubernur Jakarta tetapi Sudah jadi orang nomor Satu di Republik ini... terus masih kah Jokowi menjadikan Mobil Esemka sebagai mobil RI 1....?

Mencoba menelusuri dan berselancar di dunia maya... ternyata nasib mobil esemka tidak lah seindah dengan nasib Presiden Jokowi. Popularitas Mobil Esemka berbanding terbalik dengan popularitas Jokowi.

Seperti yang ditulis di detiknews.com pada hari Kamis (3 maret 2016) bahwa saat ini Mobil Esemka sebagai mobil nasional yang dirakit dan diproduksi oleh  PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK)  justru harus menggandeng Proton Malaysia yang kita tahu semua mobil-mobilnya tidak banyak beredar dan dipakai di Republik ini serta tidak lebih baik dari mobil esemka itu sendiri. Mobil Proton pun dinegeri asalnya Malaysia dipakai oleh konsumen terbatas dan itupun juga melalui dorongan Pemerintah Malaysia.

Menyitir pernyataan Walikota Solo Hadi Rudiyatmo pada detiknews.com "Jika benar Esemka resmi menggandeng Proton kita pantas kecewa. Spirit awal merancang mobil Esemka adalah mobil nasional hasil karya anak bangsa. Berarti itu mengingkari komitmen awal," ujarnya, Kamis (3/3/2016). Rudy adalah salah seorang yang ikut serta mempromosikan Esemka ketika Jokowi masih menjabat sebagai Walikota Solo dan dia menjadi Wakil Walikota. Saat ini juga ternyata sedang dikembangkan pabrik untuk memproduksi mobil Esemka di Desa Demangan Kabupaten Boyolali sesuai dengan arahan Presiden Jokowi.

Terus apa kabar dengan para pemesan mobil Esemka seperti yang dulu diberitakan banyak memesan mobil tersebut...? Apakah mobil-mobil tersebut sudah melantai di jalanan...?

Salah satu pemesan itu adalah Roy Suryo. Mobil pesanan Roy Suryo itu tipe double cabin dan sudah diujicoba oleh Roy Suryo sendiri. Menurut Roy, mobil tersebut handal, nyaman dan enak dikendarai serta tidak ditemukan masalah. Ternyata pemesan yang lain banyak yang menarik diri dari pemesanan mobil esemka tersebut. Dengan beberapa alasan, mulai dari DP yang harus dibayar sebesar 30%, lambatnya produksi dan lain-lain.

Mengapa mobil Esemka redup ditengah ngetopnya Jokowi..? tentu jawaban ini mudah sekali dikemukakan yaitu :

(1)  Berubah pimpinan,  berubah pula kebijakan;

Hal ini seharusnya tidak perlu terjadi, karena Jokowi merupakan duta mobil esemka yang sekarang menjadi Presiden dari lebih 200 juta penduduk Indonesia. Tentu penentu kebijakan adalah Beliau. Keputusannya ada ditangan Beliau, namun sepertinya di Era Jokowi justru banyak inovator muda nasional hengkang keluar negeri. Terakhir kasus Dr. Warsito T. Purnomo dengan rompi antikankernya.

(2)  Kebijakan yang tidak serius dan tidak berpihak dengan aset nasional alias setengah hati dan “angat-angat tai ayam”;

Kebijkan yang seperti ini menghadirkan kebijakan sesaat yang sesat. Hadirnya Jokowi pada saat penandatanganan MoU antara PT Adiperkasa Citra Lestari dan Proton Holdings Bhd, bisa menjadi indikasi tidak seriusnya Jokowi terhadap pengembangan aset nasional. Hal ini juga mengindikasikan walaupun sudah jadi penentu kebijakan tidak ada jaminan keberlangsungan Mobil Esemka menjadi mobil nasional. Meskipun hal ini sudah dibantah Jokowi bahwa kerja sama tersebut merupakan kerjasama “B to B” antara PT. Adiperkasa Citra Lestari milik Mantan Kepala BIN Jend (purn) AM. Hendropriyono dengan Proton Holdings Bhd milik Malaysia tersebut, namun sampai hari ini tidak mengurangi sedikit pun kecurigaan masyarakakat terkhusus musuh-musuh politik Jokowi.

(3)  Kebiasaan “mudah lupa” dengan sejarah;

Pendiri Bangsa ini pernah mengingatkan kepada kita untuk “JASMERAH” alias “jangan sekali-kali melupakan sejarah”. Pepatah juga bilang “kacang tidak boleh lupa pada kulitnya”. Ini saatnya Jokowi dan para pembantu serta partai pengusung dan pendukung Jokowi menunjukkan tajinya untuk sedikit lebih serius mengurus aset bangsa. Kalau tidak semuanya akan lari dan “dipelihara” oleh orang luar. Bangsa kita bukan bangsa yang tidak memiliki orang-orang yang pandai nan cerdas. Fakta empiriknya adalah banyak sekali penemu teknologi terkini pun berasal dari Indonesia. Mereka diakui di luar sana dan bisa hidup enak. Sementara disini dinegeri sendiri, jangankan hidup enak, sekedar untuk berkarya saja sulitnya bukan main.

Terlepas dari itu semua, niat awal untuk menjadikan Mobil Esemka sebagai mobil nasional yang dikerjakan para anak muda siswa SMK di Solo itu merupakan niat baik yang harus disokong oleh banyak pihak dan tidak boleh diabaikan begitu saja. Apalagi Jokowi sudah sukses dihantarkan oleh Mobil Esemka menjadi Tokoh Nasional. Sekarang lah saatnya menjadikan mobil esemka sebagai kendaraan massal nasional. Mulailah dulu dengan menjadikan Mobil Esemka sebagai kendaraan RI-1 sebagaimana janjinya pada saat kampanye menuju Jakarta.

Suatu hari, tentu kita berharap pembangunan tol darat yang sedang gencar-gencarnya di era Presiden Jokowi akan dibanjiri oleh produk anak negeri seperti Mobil Esemka. Kalau tidak, maka mobil esemka itu akan tetap terpajang di Solo Technopark yang sekarang menjadi tempat siswa magang bukan untuk belajar merakit mobil esemka namun magang ngelas bawah air dan operasi mesin bubut (rmol.co/tanggal 12 pebruari 2012).

Tentu juga kita berharap Jokowi tidak “angat-angat tai ayam” atau bahkan sudah melupakan sejarah bahwa Mobil Esemka lah kendaraannya menuju Jakarta bukan Mercedes apalagi Proton. Semoga Mobil Esemka bisa tetap menjadi kebanggaan tidak hanya warga Solo tapi juga Seluruh rakyat Indonesia. Namun sekarang tetap saja kita harus bertanya “Apa kabarmu Mobil Esemka?”...

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun