Mohon tunggu...
Fatihatul Insan Kamil Ramadhani Imama
Fatihatul Insan Kamil Ramadhani Imama Mohon Tunggu... -

Fatihatul Insan Kamil Ramadhani Imama (fikri)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Menuju Semesta: Reanamnesis Joni dan Susi

18 Juni 2013   15:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:49 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulan Madu menjadi mukadimah kisah Joni dan Susi pada malam itu. Rentangan tangan Joni dan Susi yang tak sampai di Oslo memaksa harus meninggalkan Cape Town dengan segera. Baru saja mendapat kesadaran dan menjaga keseimbangan, Joni dan Susi harus berlari-lari lagi. Cerita berlanjut, Joni dan Susi punya 7 hari. Waktu yang digunakan Joni untuk menggombali Susi menuju semesta. Nyatanya berhasil, walau tak memakan jantungnya, bagi Susi Joni adalah kematian lainnya. Itu romantis, sangat.

Tentang Cinta membawa Joni kepada busuk dan klisenya ucapan “aku cinta kamu.” Joni mengerti, lalu menawarkan soda dan Susi tetap di sana sambil mengawasi jendela. The Street menjadi cuilan cerita berikutnya. Joni menyusuri jalan untuk mengonsumsi hari. Ia berjalan mengikuti lampu kota. Tatkala prolog sebelum Distopia, Ugo mengajak salah satu di antara kerumunan untuk membantunya bernyanyi. Seperti sebuah plot yang sudah diatur, Susi, yang dalam hal ini Gita, didaulat maju untuk bertukar suara.

Kereta akhirnya mengantar Joni dan Susi kepada Requiem. Di antara tragedi-tragedi yang terjadi, Ugo mempersembahkan lagu ini kepada salah satu sahabatnya, yang berakhir tragis juga karena tragedi. Serpihan Debu Hologram kembali berterbangan di tengah-tengah cerita. Kali ini dengan versi otentik. Joni dan Susi melanjutkan perjalanan mereka. Dari tempat yang beratap yang tiba-tiba berubah menjadi istana hingga tempat yang terbakar yang tiba-tiba menjadi negara. Yang akhirnya ditunggu-tunggu kerumunan pun tiba, Mars Penyembah Berhala dikumandangkan. Ruang kecil itu disulap menjadi sebuah orkestra yang lengkap dengan oratornya. Tapi tetap saja, sesungguhnya imajinasi dan televisi memang saling membunuh.

Puas berteriak, suasana berubah. Intro mengalun pelan, sayup-sayup terdengar sebuah Nasihat yang Baik. Seperti Susi yang tidur karena terlalu lelah, Ugo menyuruh kerumunan untuk mengambil jeda setelah lagu ini usai. Saya keluar ruang untuk memenuhi paru-paru dengan residu berupa asap.

Setelah sepuluh menit yang terasa lebih sebentar daripada detik, Joni dan Susi kelaparan. Dinding-dinding berbisik merayu Joni untuk mencuri roti. Dinding-dinding menjadi satu kesatuan membuat propaganda mengurung waktu dalam bungkus roti. Sayang, Joni merusak keseimbangan harga karena mencuri roti. Pelantun Mesin Penenun Hujan mengiringi jatuhnya Apel Adam ke dunia dari surga. Sementara, lagi-lagi televisi berbuat ulah. Ia lebih cepat dari ambulans.

Munculnya Frau di tengah-tengah Melancholic B1tch membuat alur cerita berikutnya tertebak. Off Her Love Letter dimainkan dan dikisahkan dengan menyayat-nyayat telinga. Tak berhenti sampai di situ, Ugo dan Frau membias ke udara dan tak bisa pulang dibantu oleh Risa Saraswati untuk menjadi yang pertama bercinta di luar angkasa.

Cerita Joni dan Susi sudah memasuki bab-bab akhir. Kerajaan yang dibangun Joni hanya bertahan lima belas detik. Tapi itu sungguh jauh lebih baik daripada hanya diam dan gelap. Melihat Joni ada di tv, Susi menuangkan amarahnya dalam semangkuk rasa perih kebencian. Ia membatu. Hal itu membuat Susi sadar, mereka berdua adalah sepasang Noktah Pada Kerumunan dan tidak lebih.

Melancholic B1tch menamatkan kisah Joni dan Susi dengan mendirikan Menara di ladang apel. Sengaja mereka dirikan menara yang tinggi di sana, agar mereka lebih mudah untuk menggapai tuhan yang membuatkan kisah tak lazim pada hidup mereka. Mendekatkan diri mereka setinggi-tingginya kepada kekuasaan di luar sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun