Yang menyedihkan adalah sejauh-jauhnya perjalanan, benda yang dicari ketika sampai di tujuan adalah colokan listrik. Betapa manusia urban diperbudak oleh dua lubang kecil dan gulungan kabel.
Sebelum berangkat ke sisi pulau yang lain, kami diajak pemanasan ke Pantai Pasir Putih. Lokasinya tak jauh dari rumah warga yang dijadikan tempat singgah. Lagi-lagi agak tersembunyi. Kami berhenti di salah satu rumah warga, lalu berjalan kaki sekitar limabelas menit dan menyebrangi sungai sebelum bisa sampai di sana.
Pantai Pasir Putih walau tidak putih, tapi tetap amboi. Ombaknya terlalu beringas, tidak diperbolehkan renang di pantai ini.
Dua jam bermain air laut, kami cabut. Eh berima!
***
Untuk mengakses Teluk Kiluan, kami harus berganti kendaraan lagi. Kali ini perahu tradisional nelayan menjadi media. Karena hanya muat 5 orang, maka dua perahu bolak-balik mengantar kami. Tak jauh memang, hanya limabelas menit. Tapi dengan intensitas ombak yang tinggi dan perahu kecil cukup membuat panik.