***
Akhirnya secara resmi, saya menjejakkan kaki di Pulau Sumatera. Lebih spesifik lagi, saya menjejakkan kaki kiri di depan Indomaret Bandar Lampung. Setelah itu, saya tidur. Dalam tidur yang tak begitu nyenyak, saya merasakan jalan menuju Teluk Kiluan lumayan buruk. Goncangan dan bebunyian karet ban menghantam batu sering terdengar. Saya intip dari jendela mobil, di sebelah kanan adalah jurang sedangkan sebelah kiri dipenuhi kebun pisang.
Jam setengah enam pagi mobil yang kami tumpangi berhenti. Jembatan darurat dari empat batang pohon tak bisa dilewati oleh mobil yang lumayan besar. Di sana kami turun dari mobil lalu dijemput dengan mobil yang lebih kecil. Pindah mobil, lagu Kiss From a Rose dari Seal yang diputar oleh supir mengiringi kami mencapai Teluk Kiluan.
Saya sempat membuka obrol dengan supir.
"Jalanannya agak rusak ya Pak?"
"Iya, Mas"
"Ga dilaporin ke pemerintah biar dibenerin. Diaspal gitu? Ini kan udah masuk objek wisata, biar orang-orang yang dateng tambah rame."
"Yah kalo nanti jalannya mulus, kita orang sini ga dapet duit dari nyewain mobil dong mas?"
"Oiya ya."
Standar.
Menurut penduduk setempat, Kiluan berarti permintaan dalam bahasa Lampung. Pulau Kiluan yang berbentuk seperti tangan menengadah dari kejauhan. Ditambah lagi dengan cerita turun temurun tentang seorang leluhur yang memiliki permintaan terakhir untuk dikuburkan di pulau tersebut. Semakin sahlah Kiluan digunakan untuk menamai teluk ini.