Mohon tunggu...
Fatihatul Insan Kamil Ramadhani Imama
Fatihatul Insan Kamil Ramadhani Imama Mohon Tunggu... -

Fatihatul Insan Kamil Ramadhani Imama (fikri)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pesona di Ujung Selatan Andalas

7 Mei 2012   13:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:35 803
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya sempat mencari beberapa data mengenai Teluk Kiluan. Dari gambar-gambar yang tersaji, kelihatannya Teluk Kiluan cukup aduhai untuk dijadikan tempat tujuan. Teluk Kiluan masuk ke dalam area Provinsi Lampung. Tepatnya enam jam perjalanan dari Pelabuhan Bakauheni. Teluk Kiluan masih berada di bawah pemerintahan Kabupaten Tanggamus. Tepatnya di Desa Kiluan Negeri, Kecamatan Kelumbayan, letaknya di lekukan paling ujung selatan Pulau Andalas. Tak banyak kawan-kawan saya yang mengetahui surga tersembunyi ini.

13363912871436926507
13363912871436926507

Itu berarti, dari ibukota harus menyebrangi Selat Sunda sebelum sampai di sana. Itu berarti, dari Jakarta harus menuju ke Pelabuhan Merak sebelum menyebrangi Selat Sunda. Itu berarti, dari saya harus bergerak dari rumah menuju tempat pertemuan sebelum menuju Pelabuhan Merak. Itu berarti, saya harus segera mandi dan berkemas sebelum menuju tempat pertemuan. Itu berarti saya harus segera bangun tidur sebelum mandi dan berkemas.

Setelah 'itu berarti' yang demikian banyaknya, saya dan teman-teman menuju tempat pertemuan. Sebetulnya, teman-teman yang saya sebut di tulisan ini tidak asing. Sebab mereka turut membantu menaikkan tingkat kebodohan dalam tulisan saya tentang kerennya Pulau Sempu.

Kami berangkat hari Jumat saat jam memukul setengah delapan malam. Durasi tempuh dari Jakarta hingga Pelabuhan Merak sekitar tiga jam. Waktu yang cukup untuk pemanasan bagi pantat, mengingat menurut agenda, kami diperkirakan akan tiba di Teluk Kiluan kira-kira saat muadzin sudah selesai soundcheck untuk adzan subuh.

Sesampainya di Pelabuhan Merak, saya dan teman-teman langsung ke dek bagian paling atas. Selain sepi, di dek bagian atas lebih nyaman dibandingkan dengan ruang duduk yang dipenuhi penjaja Pop Mie limabelas ribuan dan kepulan asap rokok penumpang. Sebetulnya kapal feri yang kami tumpangi menyediakan ruangan VIP dengan fasilitas kursi empuk dan pendingin ruangan, namun mental mahasiswa yang masih melekat erat di kepala dengan brilian menyebabkan sepuluh ribu lebih baik disimpan untuk membeli sebungkus rokok.

Waktu tempuh dari Pelabuhan Merak hingga Pelabuhan Bakauheni sekitar tiga jam. Dan itulah gunanya punya teman dengan level kebodohan di atas rata-rata. Oleh mereka, waktu tiga jam bisa digunakan untuk berbagai hal bodoh. Mereka terus saja bercanda, bertingkah aneh seperti adegan di film Titanic, hingga yang tak masuk di akal, mereka membuat perjanjian.

13363920331613172321
13363920331613172321

13363920671858737421
13363920671858737421

Kebetulan, kapal feri yang kami tumpangi adalah Kapal Menggala, sehingga tiga orang teman saya membuat Perjanjian Menggalau. Persis seperti Perjanjian Renville yang dilakukan di atas kapal Renville. Apa isi perjanjiannya? Ya intinya mereka bertaruh, saat akhir tahun 2012 mereka harus membawa pasangan masing-masing, jika salah satunya tidak membawa pasangan, maka ia dianggap kalah. Menyedihkan.

Punya teman-teman dengan level kebodohan di atas rata-rata membuat perjalanan tiga jam di atas kapal feri terasa seperti tiga jam di atas kapal feri bersama orang-orang bodoh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun