“Hey! Sibuk amat kamu? Dari tadi bolak – balik melulu?”
“Iya nih, lagi jadi panitia hari kiamat. Aku disuruh fotokopi.”
“Lah kiamat buat apa fotokopi?”
“Iya fotokopi poster yang ngasih tau jadwalnya. Abis fotokopi ini aku mau nempel di mading.”
Ah kata panitia terdengar sangat mempesona jiwa raga. Saya harus bisa jadi panitia juga!
Kesungguhan hati menjadi panitia berujung pendaftaran diri ke acara tahunan jurusan. Niat awalnya buat nambah – nambahin CV. Lalu tanpa sengaja berubah, menjadi cari jodoh. Saya melamar posisi dalam seksi publikasi dan dokumentasi. Kenapa seksi itu? Saya juga ga tau, cuma kedengerannya aja keren.
Saya dipanggil untuk wawancara masuk seksi. Ga semua orang yang mendaftar bisa diterima. Syaratnya yang mempunyai kompetensi. Kompetensi? Saya ngertinya impotensi. Nama saya dipanggil untuk masuk ke dalam ruang wawancara. Eh, si koordinatornya temen seangkatan, namanya Tiara. Saya ditanya – tanya oleh Tiara selama lima belas menit. Saya yakin ga bakal keterima setelah pertanyaan terakhir malah disuruh gambar. Saya ga bisa gambar, saya pasrah.
Beberapa hari berselang, saya mendapat kabar kalo saya diterima dalam seksi itu dan menjadi panitia untuk acara jurusan tahunan. Ini mungkin gara – gara punya media rekam makanya saya diterima. Dalam kabar itu juga diberi jadwal tentang rapat pertama yang harus dihadiri untuk mengenal temen dalam satu seksi. Cita – cita menjadi panitia terkabul. Terima kasih, tuhan.
Rapat pertama saya datang lima belas menit sebelum jadwal. Saya ingin memberikan impresi yang bagus mengenai jati diri saya. Rapat berlangsung agak lambat. Lalu akhirnya selesai dan masing – masing seksi berkumpul. Saya memprediksi saya akan diberikan banyak tugas karena pria dalam seksi ini cuman dua orang, termasuk saya. Prediksi saya sirna. Tepat setelah kalimat berikut ini. Jreeeeengg! Ngga, ini bukan simbal dan harpa lagi, ini gitar distorsi tinggi. Si gadis dalam kantin menjadi temen satu seksi. Saya sumringah.
Bakat saya terbukti. Akhirnya saya tau nama gadis dalam kantin setelah berkenalan. Sebut saja Si Tukang Es Batu. Nomer ponselnya pun saya tau. Hihihi.
***