Mohon tunggu...
Fatihatul Insan Kamil Ramadhani Imama
Fatihatul Insan Kamil Ramadhani Imama Mohon Tunggu... -

Fatihatul Insan Kamil Ramadhani Imama (fikri)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kompilasi Afeksi

8 Juni 2011   23:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:43 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Terkenal gimana?”

“Temen – temen gue pada jadi mantannya lah, ada yang dulu pernah gebet lah.”

“Oiya, temen – temen kampus gue juga tuh. Kalo lagi ngomongin cewe si Ubur – ubur juga diomongin! Gebetannya lah, mantannya lah, HTSannya lah!”

“Jangankan lo semua yang di Jakarta. Gue yang di Jogja juga gitu!”

“Gitu gimana?”

“Ya kayak yang lo bilang tadi. Ada mantannya, pernah ngegebet, mantannya temennya.”

“Hah serius lo?”

“Iya kayaknya dia buka cabang sampe Jogja dan kota besar lainnya.”

“Hahaha.”

***

Hubungan dengan Ubur – ubur terhenti sejak saya pindah ke Jogja. Haha. Dibiarkan tamat begitu saja. Kadang – kadang pengen juga sih SMS nanya kabar, tapi setelah mikir lagi lebih baik mengecek kabar terakhir lewat temen deketnya atau mengintip profil friendsternya.

Dua tahun kemudian.

Saya sedang mencari tugas di warnet. Jreeeeeng! Tanpa dinyana, Ubur – ubur menyapa saya lewat jendela percakapan facebook. Diiinngg! Membunyikan bel di kepala saya untuk beberapa detik. Memutar ulang memori beberapa tahun ke belakang secara sukarela. Efek ‘hai!’ yang dahsyat. Saya yakin kamu tau rasanya.

Dialog digital lima belas menit itu membawa saya dan Ubur – ubur janjian ketemu saat reuni sekolah. Saya beri nomer ponsel saya. Dia janji menghubungi sebelum acara. Saya ga ngarep – ngarep amat dia bakal ngontak saya. Ya udah deh ngarep dikit. Dikit banget kok. Okay, banyak. Haha.

Sehari sebelum acara, saya sudah berada di Jakarta, di rumah Mahat. Berkumpul bersama temen lama adalah tak terbeli, apalagi ditambah anggur merah. Saya mabok. Parah.

Dalam keadaan tinggi akibat alkohol, Ubur – ubur menepati janji. Dia menghubungi saya. Lalu mengajak ketemu setelah acara reuni usai. Esok hari jam sebelas Ubur – ubur menunggu saya di sekolah. Saya bego. Akibat konsumsi alkohol berlebih, saya bangun jam dua siang. Ponsel saya juga ikutan menambah daftar cobaan. Mungkin sudah diperintah tuhan agar menghabiskan tenaganya sendiri. Ponsel saya kehabisan daya baterai. Ubur - ubur ga bisa menghubungi. Dia marah, kata temen deketnya yang juga temen deketnya Mahat.

Saya buru – buru menyusul ke sekolah sebisanya. Ubur - ubur udah raib. Saya coba sms dia. Ga dibales. Saya telpon. Ga diangkat.

Interaksi terakhir saya dan Ubur – ubur benar – benar selesai saat itu. Tanpa “aku suka kamu” yang terlontar. Kabarnya, Ubur – ubur menjadi model.



*ubur – ubur adalah binatang lunak tanpa tulang belakang yang bisa menyengat. Dan mati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun