Teman saya menyerahkan uang duapuluh ribu. Masih ada sisa duabelas ribu.
"Bentar ya dek, ga ada kembalian"
"Iya bang"
Ternyata, sampai macetnya kelar, si tukang bakpao tidak muncul lagi. ia hilang ditelan kemacetan Jakarta. Memang tidak rugi banyak sih, Cuma duabelas ribu. Tapi kesalnya luar biasa.
Dan prediksi tentang di-setiabudi-jam-empat-nyampe-rumah-paling-lama-jam-enam ternyata salah. Sampai di rumah ternyata jam sembilan. Jadi hari itu teman saya mengalami dua kali kejadian terkutuk. Kemacetan Jakarta dan penipuan kembalian bakpao.
***
Ada lagi cerita tentang kebodohan teman SMA saya yang lain, sebut saja P dan S. P dan S akan menuju Blok M. Mereka menempuh jalur Kemang untuk mencapai sana. Tetapi Kemang sudah terkenal dengan macet. Apalagi di malam minggu. Jam dua pagi saja Kemang masih macet.
Jadi ceritanya, P membonceng S dengan motor Tiger barunya. Sesampainya di Kemang, pengisi jalanan tidak bergerak. Tetapi tidak untuk motor. Motor bisa melaju dengan cara menyempil ke kiri dan berkelit ke kanan. P pun melakukannya. Sampai di suatu tempat di mana berkelit pun susah. Trotoar jadi sasaran.
"S turun dulu bentar, motor gue ga kuat naek trotoar kalo boncengan"
"Iya oke!"
Begitu motor sudah berada di atas tempat pejalan kaki itu, otomatis jalanan jadi terbentang. P melenggang. Â Si P terus saja bercerita. Mengobrol ke sana - sini di atas motornya. Sesampainya di Blok M, P kebingungan mencari S yang tidak ada. Dia lalu menghubungi ponsel S.