Mohon tunggu...
Fikri Dwi
Fikri Dwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Fakir Ilmu

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian. -Pramoedya Ananta Toer

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kesalahan dalam Penulisan Sejarah

20 November 2021   18:05 Diperbarui: 20 November 2021   19:21 4616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesalahan Verifikasi

  • Kesalahan pars pro toto

Kesalahan inni terjadi ketika sebagian hal dianggap berlaku untuk hal yang lainnya.

  • Kesalahan toto pro pers

Kesalahan ini kebalikan dari pars pro toto, yaitu bila kebenaran yang hanya berlaku untuk sebagian hal tetapi dijadikan patokan seluruh bagian.

  • Kesalahan menganggap pendapat umum sebagai fakta

Kesalahan ini terjadi ketika pandangan umum terlalu dianggap sebagai kiblat dan terlalu difaktakan.

  • Kesalahan menganggap pendapat pribadi sebagai fakta

Hal ini juga menjadi kesalahan ketika pendapat pribadi yang tidak berdasar pada bukti-bukti dianggap sebagai fakta.

  • Kesalahan perician angka yang presis

Perician angka pada data-data tradisional hanya akan menimbulkan pertanyaan.

  • Kesalahan bukti yang spekulatif

Pada dasarnya untuk menghindari kesalahan ini sejarawan harus berani mengakui bahwa bukti-bukti tersebut memang diluar jangkauan sejarawan.

Kesalahan Interpretasi

Kesalahan tidak membedakan alasan, sebab, kondisi, dan motivasi. Hal ini dapat terjadi ketika sejarawan tidak dapat membedakan keempatnya melalui kedekatan peristiwa.

  • Kesalahan post hoc, propter hoc, diambil dari bahasa latin yang berarti setelah ini, maka ini. Kesalahan ini terjadi ketika sejarawan tidak tepat dalam menghubungkan factor-faktor penyebab suatu peristiwa.
  • Kesalahan reduksionis. Kesalahan ini dapat terjadi ketika sejarawan yang dapat menyederhanakan gejala yang sebenarnya bersifat kompleks.
  • Kesalahan pluralisme yang berlebihan. Sejarawan lebih sering mengungkapkan hal-hal yang umum.
  • Kesalahan penulisan
  • Kesalahan narasi. Terdiri dari kesalahan periodesasi, kesalahan didaktis, dan kesalahan pembahasan.
  • Kesalahan argumen. Biasanya sejarawan menggunakan istilah yang memiliki makna ganda, atau bisa saja kesalahan melalui argument yang kurang relevan atau tidak rasional.
  • Kesalahan generalisasi. Sejarawann terlalu mengacu pada hal-hal yang umum, yang pada umumnya telah diketahui oleh banyak orang. Semestinya sejarah lebih mendetail terhadap satu hal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun