Mohon tunggu...
Fikri Boy
Fikri Boy Mohon Tunggu... Guru - seorang guru yang menulis

supaya kelak tulisan-tulisan ini dibaca oleh putri saya

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Tindakan-Tindakan Konyol Para Pendukung Paslon Pilkada

5 November 2024   14:52 Diperbarui: 5 November 2024   14:52 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masa yang ribuan jumlahnya di jalanan, hanya akan menjadi buih yang akan menguap. Tidak akan bisa dikonversi dalam bentuk perolehan juara pada saat coblosan.

Coba deh, hal itu dievaluasi lagi. Mengumpulkan masa sebagai bentuk eksistensi, ya monggo saja. Tapi, lihat juga impactnya, dilihat dampak positifnya. Apakah hanya akan rame-rame saja di jalanan, lalu akan sepi perolehan suaranya di TPS? Kan konyol itu namanya. Padahal, modal untuk menggerakkan masa, tidak bisa dikalkulasi berapa itu modalnya.

Lalu bagaimana?

Saya belum pernah menemukan kampanye yang berdampak. Kampanye para calon pemimpin hanya datang ke suatu wilayah, mengumpulkan masa, bagi-bagi sembako atau bantuan yang berupa barang. Ada yang bagi-bagi uang, meskipun itu sembunyi-sembunyi.  Belum pernah kampanye yang bentuknya adalah program yang berdampak jangka panjang.

Misalnya, kalau kampanye jangan hanya memberi karpet untuk masjid. Kirim tim khusus, lalu kerja sama dengan pemuda atau takmir masjid. Buat program pemberdayaan TPA atau pengajian ibu-ibu. Buat program kolaborasi. Insya Allah, andaikan belum menang, pahala jariyah akan terus mengalir. Dan bisa jadi, periode depan, akan lebih menarik simpati masyarakat. 

Terapkan diberbagai bidang di masyarakat. Misalnya pendampingan kelompok tani, pendampingan UMKM, pendampingan kreativitas pemuda, dan lain sebagainya. Jika pendampingan memerlukan biaya, toh kampanye dengan baliho dan wor-wor di jalan atau jalan sehat juga memakai biaya?

Intinya adalah, kampanye yang datang membawa barang, hanya seperti Sinterklaas yang datang saat hari Natal, lalu memberi hadiah kemudian pergi. Tidak akan ada dampak berkelanjutan. Berbeda halnya jika itu tadi. Menggunakan program pemberdayaan masyarakat sebagai kampanye. Tanpa atribut, tanpa deklarasi. Saya yakin,masyarakat juga punya mata, punya telinga, punya hati. Mana calon pemimin yang layak dipilih, atau calon pemimpin yang sekedar dimintai bantuan kursi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun