Mohon tunggu...
Fikri Azardy
Fikri Azardy Mohon Tunggu... -

Huahahaha

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Malam Mencekam Rumah Panggung

16 Februari 2014   17:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:46 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Namaku Demian, aku pernah bekerja pada keluargamu puluhan tahun. Mungkin tepatnya kakekmu, karena ayahmu tidak begitu mirip dengan kakekmu,” aku pria tua itu.

Setelah itu mereka mulai bercengkrama dan Demian mulai bernostalgia di kala ia bekerja pada keluarga Rogh. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan ini, Rogh pun menanyakan sosok perempuan tua yang bisa dikatakan mengganggunya semalam.

Demian tertegun dan menghela napas. Ia lalu mulai bercerita panjang lebar mengenai sosok perempuan tua semalam. Ternyata dugaan Rogh benar. Perempuan itu bukan manusia, tetapi rohnya Emilia, seorang pemulung tua di saat kakeknya menempati rumah panggung itu dulu. Emilia hidup sebatang kara setelah ditinggal anak-anaknya yang tak lagi mengurusnya. “Ia ditinggalkan begitu saja oleh anak-anaknya,“ kata Demian.

“Pada suatu senja, Emilia seperti biasa memungut sampah-sampah yang bisa dijadikan uang untuk membeli makanan atau menemukan sisa makanan hanya untuk sekedar mengganjal perutnya. Tetapi tiba-tiba petir menggelegar dan hujan turun dengan derasnya. Emilia meminta pada kakekmu David untuk berteduh. Tak hentinya Emilia menghiba dari luar rumah. Namun permintaannya diacuhkan saja dan ia tak bergeming dari tempat duduknya sambil membaca buku,” kata Demian.

Demian melanjutkan ceritanya setelah menghisap cerutunya dalam-dalam dan mengeluarkan asapnya. “Kau tentunya tahu Rogh, rumah panggung itu jauh dari rumah warga lainnya. Apalah daya seorang perempuan tua berlari berteduh ke rumah yang jaraknya cukup jauh dengan perut tak terisi. Akhirnya ia mati kedinginan disamping pagar rumah kakekmu itu,” ucap Demian lirih.

Rogh kembali bertanya “Apa yang kau lakukan saat itu dan bagaimana sikap keluargaku yang lainnya?” tanya Rogh penasaran. “Nenekmu dan yang lainnya mengunjungi keluarga Santana di ujung sungai Nel dan berencana menginap semalam. Sedangkan aku tak mampu berbuat apa-apa karena tidak diberi perintah oleh kakekmu. Sempat terfikir olehku untuk membawa perempuan tua itu, tetapi mengingat dulu aku pernah dimarahi dan hampir saja dipecat oleh kakekmu, niat itupun sirna,” aku Demian.

“Lalu kau hanya diam saja dan lebih memilih untuk tidak dipecat daripada menolong perempuan tua itu?” tanya Rogh dengan nada meninggi. Demian pun menjawab dengan tenang. ”Aku tahu pilihanku salah, tetapi sungguh sulit mencari pekerjaan di masa itu”.

Rogh hanya tertegun dan mencoba mengingat kembali kejadian semalam yang mencekamnya. Setelah itu ia kembali bercerita tentang keluarganya dengan Demian hingga mereka sampai ke stasiun.

Setelah turun, mereka berpisah karena tujuan mereka berdua berbeda jalur. Sepeninggal Demian, terfikirkan oleh Rogh alasan kenapa keluarganya pindah ke kota Tanazyla ini. “Mungkin karena sering dihantui roh Emilia,” pikir Rogh.

Sesampainya dirumah, ia langsung merebahkan diri di kasur empuknya. Perjalanan yang hampir memakan waktu sehari tadi cukup menyita energinya. Jam dinding telah menunjukkan jam  11 malam. Sambil tidur-tiduran, Rogh meraba-raba saku celananya. Seketika ia bangun dan memeriksa barang-barangnya. “Astaga, telepon genggamku ketinggalan. Sialan,” umpatnya.

Dia bergegas keluar kamar dan mencoba menelpon dari telepon rumah ke nomor telepon genggamnya. Berharap dugaannya salah dan dapat menemukannya di barang-barang yang telah dibongkarnya tadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun