Mohon tunggu...
Fikri Azardy
Fikri Azardy Mohon Tunggu... -

Huahahaha

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Malam Mencekam Rumah Panggung

16 Februari 2014   17:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:46 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tamat


Sebuah rumah panggung dengan ukiran kayu berdiri dengan gagah di pinggir  jalan dekat sungai. Sungai itu dinamai Nel oleh masyarakat di sana. Tak jarang sore hari sekawanan bangau singgah melepas penat usai bertualang di langit milik pencipta-Nya.  Dengan hanya dibatasi pagar besi setinggi dua kaki orang dewasa, tidak mengganggu pemandangan ke arah sungai itu. Dua meter dari pinggir sungai dibuat jenjang berdiameter lebar yang terbuat dari beton. Di sepanjang jalan berjejer pohon beringin tinggi besar yang daunnya memberi ruang mengintip sinar matahari yang mulai gelap.

Di jenjang berdiameter lebar tadi, terlihat seorang pemuda termenung memandang ke tengah sungai. Tampak kebingungan sesaat kala ia mengernyitkan dahinya. Dia seperti memikirkan sesuatu. Pemuda itu bernama Rogh. Dia mempunyai kulit yang gelap, berbadan pendek, dan rambut panjang yang ikal. Sore itu dengan memakai kemeja putih dan bercelana hitam panjang, dia tampak seperti orang yang berfikir keras.

Tak lama berselang, muncullah seorang perempuan tua yang berjalan pelan sambil memegang dompet di tangan kanannya dan sebuah kantong plastik hitam di tangan kirinya. Kedatangan perempuan tua itu mengusik perhatian Rogh. Dia bertanya-tanya dalam hati. Siapakah perempuan tua itu? Dia merasa tak pernah melihat sosok tersebut.

Tiba-tiba muncullah perasaan yang tak menentu oleh Rogh. Walaupun hanya berjarak lima meter dari tempat Rogh duduk, dia bisa melihat dengan jelas raut wajah perempuan tua itu.  Dia bingung, tak tahu apa yang akan dilakukannya. Yang jelas wajahnya menyiratkan ketakutan yang tertahan. Dia pun bergegas masuk ke rumah panggung di dekat sungai tadi. Rumah peninggalan orang tuanya itu dia masuki dengan perasaan yang mencekam.

Rogh menyingkap tirai jendela yang menghadap ke arah sungai. Angin kencang pun merintih mengusir dedaunan yang turun. “ Dia masih ada,” ujar Rogh sambil menatap perempuan tua tadi. Dengan berjalan tertatih-tatih, perempuan itu menekurkan kepalanya kebawah. Ia tidak melihat ke depan. Sekelebat burung gagak hinggap di salah satu pohon beringin tepat di samping perempuan tua itu berjalan. Tiba-tiba  perempuan tersebut menoleh  ke arah Rogh yang mengintipnya.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------

Tiga hari yang lalu di sebuah kedai kopi di kota Tanazyla, Rogh Bergham seorang penulis amatiran mengutak atik folder di laptopnya mencari-cari tulisan yang dibuatnya minggu lalu. Raut kekecewaan tergambar di wajahnya yang kumal dan acak-acakan. Rambut ikal panjangnya bergoyang saat dia menggaruk kepalanya.

“Berbulan bulan aku menulisnya, banyak waktuku terbuang dan sekarang sia-sia. Inilah hasilnya sekarang, tulisan itu hilang. Kurang ajar!!! ” umpatnya.

Rogh pun bertolak ke rumahnya yang jaraknya beberapa blok dari kedai kopi tadi. Sesampai di rumah, ia teringat  sebuah album foto yang pernah dilihatnya beberapa tahun silam. Album foto itu terselip di rak buku disamping lemari pakaian di kamar orang tuanya. Dia mulai mengamati dengan seksama foto-foto yang ada di album tersebut. Pandangannya berhenti pada foto sebuah rumah panggung ukiran kayu. Dia seperti mendapatkan angin segar. Naluri penulisnya membisikkan sesuatu yang membuatnya tersenyum seperti orang gila. Dia harus ke rumah itu. “Aku bisa menulis di sana, tentunya aku akan mendapatkan inspirasi disana” pikirnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun