Mohon tunggu...
Fikri Fernandika Akbar
Fikri Fernandika Akbar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Islam Negri Sunan Ampel Surabaya

Hobi Membaca

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kurangnya Sopan Santun pada Anak Usia Dini dalam Perkembangan Moral dan Agama

5 Desember 2024   10:04 Diperbarui: 5 Desember 2024   10:19 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PENDAHULUAN

Sopan santun merupakan salah satu aspek penting dalam interaksi sosial yang harus ditanamkan sejak dini. Pada anak usia dini, pengembangan sikap sopan santun tidak hanya berpengaruh pada hubungan sosial mereka, tetapi juga berkontribusi pada perkembangan moral dan agamaUsia di bawah 5 tahun menjadi waktu yang tepat untuk orang tua melatih dan mengajarkan anak pada banyak kebiasaan baik. 

Ini termasuk disiplin, mengelola emosi, mengatasi rasa sedih, menunjukkan sikap empati, bersikap mandiri, bersosialisasi, dan tak ketinggalan,etika sopan santun. 

Bukan tanpa alasan, semua hal tersebut akan menjadi bekal anak untuk menghadapi berbagai situasi dan karakter orang lain di masa remaja dan dewasanya nanti.Kurangnya sopan santun pada anak usia dini menjadi tantangan serius dalam perkembangan moral dan agama mereka. Penelitian menunjukkan bahwa banyak anak belum terbiasa mengucapkan kata-kata seperti "tolong," "maaf," dan "terima kasih" dalam kehidupan sehari-hari

DESKRIPSI REALITAS SOSIAL

Pada saat saya observasi mata kulia perkembangan sosial emosional anak usia dini di tk Surabaya selama 9 hari saya melihat satu anak yang Bernama hafidz itu menurut saya kurangnya sopan santu kepada guru atau teman teman nya terus saya menganalisi permasalahan sopan samtun hafidz tersebut

Tidak mengucapkan salam: Saat bertemu guru atau teman, anak seringkali langsung menuju ke kelas tanpa mengucapkan salam.

Memotong pembicaraan: Ketika guru sedang menjelaskan, anak seringkali menyela dan berbicara tanpa menunggu giliran.

Tidak meminta izin: Saat ingin mengambil mainan atau makanan, anak langsung mengambilnya tanpa meminta izin kepada guruh nya

Berbicara dengan nada tinggi: Anak seringkali berbicara dengan nada tinggi, terutama saat marah atau ingin mendapatkan perhatian.

ANALISIS TEORI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun